Ekonom: Strategi Multi Pathway Paling Realistis untuk Kejar Target Dekarbonisasi di Sektor Otomotif

 

Tribunnews.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia dimaksudkan untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Sektor transportasi, yang sekarang mengusulkan sekitar 28 persen emisi karbon di Indonesia dan merupakan orang yang didorong untuk mengurangi emisi.

Itulah sebabnya kendaraan ramah lingkungan mulai diperkenalkan sebagai langkah untuk memindahkan kendaraan bahan bakar bensin yang dianggap terlalu banyak emisi.

Ekonom Cyrillus Harinowo mengatakan bahwa karbohidrat itu yakin dari sektor otomotif, tentu saja sebesar banyak negara. 

Tetapi transisi dalam mobil listrik tidak mudah, terutama di negara -negara berkembang seperti Indonesia.

“Infrastruktur vena baterai masih terbatas, tetapi persyaratan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca meningkat,” kata Cyrillus di acara Toyota Beyond Zero: mobilitas untuk netralitas keren di Gambir Expo, Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (2/14 /2025 ). 

Tanpa tidak ada yang membersihkan mobil listrik, banyak produsen mulai menawarkan jenis kendaraan lain yang juga dapat mengurangi emisi, seperti kendaraan listrik hibrida (HEV) dan dibangun -dalam kendaraan listrik hibrida (PHEV) sebagai langkah pertama sebelum mereka beralih sepenuhnya sepenuhnya Untuk mobil listrik.

Langkah ini dianggap sebagai solusi untuk stagnasi karbohidrat, sehingga penetrasi mobil listrik tidak selalu akrab.

Toyota sebagai produsen mobil terbesar di Indonesia memperkirakan bahwa solusi yang paling cocok untuk senjata karbon untuk masyarakat adalah berbagai jenis mobil yang ramah lingkungan.

Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIN) Nandi Julyanto, mengatakan bahwa Toyota memiliki kebijakan multi -rute di mana perusahaan menawarkan opsi kendaraan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

“Metode multi -rute sangat penting karena kami menawarkan berbagai opsi untuk kendaraan yang cocok untuk kebutuhan konsumen.”

“Dari kendaraan listrik, hibrida hingga kendaraan yang terhubung dengan hidrogen, sehingga orang dapat memilih sesuai dengan referensi mereka,” jelas Nandi.

Nandi menunjukkan bahwa industri transportasi adalah 28 persen emisi karbon yang harus diatasi.

Untuk alasan ini, transisi ke kendaraan ramah lingkungan mempercepat dan menggunakan energi terbarukan murni seperti energi hidrogen menjadi penting.

“Tapi kami tidak dapat melakukan semua ini tanpa bekerja bersama, kerja sama pemerintah dan industri, akademi sangat penting bagi kami untuk memahami masa depan yang hijau dan berkelanjutan untuk generasi mendatang,” kata Nandi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *