Tribunnews.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa informasi risiko merokok adalah penyebab kematian terbesar di Indonesia.
Situasi ini menciptakan pentingnya transparansi ke strategi lain yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko perokok untuk membantu berhenti merokok.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Kota Nadiya Talmysi dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi jatuhnya tembakau yang berbahaya (TRM).
“Jika Anda melihat definisi, itu bertujuan untuk mengurangi risiko merokok. TR dapat menjadi alternatif untuk merokok. Kami sedang menunggu hasil penelitiannya untuk memperkenalkan kebijakan kami,” kata Nadiya Talmi City, yang dibahas dalam diskusi Jakarta di Jakarta (2/2/2/2025).
Pengurangan berbahaya dalam tembakau adalah metode alternatif untuk mengurangi risiko tembakau.
Dia tidak menghasilkan awan, itu bisa menjadi alternatif untuk berhenti merokok.
Peran Nadia, peran Kementerian Kesehatan dalam Kebijakan, adalah salah satu masalah terpenting untuk mengatasi dampak tembakau.
Sejauh ini, Kementerian Kesehatan masih terlibat dalam upaya merokok (UBM) untuk membantu Pusat Kesehatan Asosiasi berhenti merokok.
“Strategi merangsang orang untuk berhenti dari UBM dan telepon panas berhenti merokok. Ini tidak optimal, tetapi tidak di mana -mana, itu untuk menyajikan kita. Adapun Terera, kita melihat pengembangan penelitiannya, ini adalah dasar untuk apakah itu Cara untuk menerbitkan aturan, “kata Nadiya. Kebijakan Data
Akademisi Fakultas Kedokteran, Universitas Padzagia, Bandung, Dr. Ronnie Lesman menjelaskan, sejauh ini ia telah menyarankan agar orang -orang menyebut orang merokok, tetapi tidak efektif untuk mengurangi jumlah perokok.
Menurutnya, ada pendekatan dan strategi lain, salah satunya adalah salah satu dari mereka yang menggunakan metode ini.
“Kita tidak hanya bisa diam. Jika digunakan, harapan hidup dan hidup akan lebih baik. Berdasarkan penelitian kami, dampak produk berisiko rendah mencerminkan toksisitas rendah dan mengurangi pneumonia. Ini adalah data kami,” kata Ronnie.
Tes toksisitas secara kondisional dibandingkan dengan perokok biasa dan perokok molekuler alternatif dan produk alternatif dengan produk alternatif pada perokok biasa.
Penelitian ilmiah yang dilakukan sesuai dengan metodologi yang diperlukan di Indonesia.
Penelitian khusus dengan dukungan pemerintah sangat penting, terutama bekerja sama dengan lembaga penelitian dan lembaga pendidikan.
Hasil ini kemudian akan menjadi database yang bertindak sebagai tinjauan pemerintah dalam persiapan aturan.
Dia mencatat pentingnya penelitian di Indonesia di mantan direktur dan mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (DDS) di Tikki Kang.
Hasil penelitian akan menjadi dasar awal dalam proses pembentukan kebijakan, sehingga hasil yang lebih efektif. Penelitian luar negeri di luar negeri tidak dapat sepenuhnya menggambarkan situasi perokok nyata di Indonesia.
“Penelitian lebih lanjut dalam konteks lokal harus memiliki prioritas dan dukungan tinggi. Di Indonesia, penelitian ini dapat fokus pada kesehatan dan fokus pada konsekuensi ekonomi yang merupakan perbandingan dari rokok biasa dan produk alternatif,” kata Tiki.