Tribunnews.com -Senjata yang digunakan oleh Nanang Irawan alias Gimbal (45) untuk menempatkan opera akting sabun -operasi -misteri Gunung Merapi atau “Mak Lampir”, Sandy perman .
Polisi menemukan bukti dalam bentuk pisau dapur yang digunakan oleh pelaku di tepi atap di penikaman TKP (TKP).
Sandy Perman terbunuh di pagi hari oleh tetangganya di Cibarahi Jaya Tni/Polri Housing, Bekasi Regency, Jawa Barat, di pagi hari.
Setelah dia diburu selama tiga hari, Nanang ditangkap oleh polisi saat bersembunyi di Poris Hamlet, Kutamukti di desa, distrik Kutawaluya, Kabupaten Karawang, West -java, Rabu (15-1/2025) di pagi hari.
Jaya resmob ditreskrimum metro ditrereskrimum, bersama dengan penyelidikan polisi terhadap polisi metro Bekasi untuk penyelidikan kriminal, kemudian membawa pelaku ke panggung untuk menunjukkan senjata tajam yang digunakan untuk membunuh Sandy permanen.
Setelah Nanang ditangkap, polisi berhasil memberikan bukti dalam bentuk pisau dapur.
“Jenis pisau dapur yang tajam terletak di gerbang gotor dekat tempat kejadian,” kata Metro Bekasi Kasat Respon, Compos Onkoseno Grandiharso Sahiar, yang diinformasikan di wartakoTalive.com. Lari ke Karawang
Setelah Sandy Perman telah mati, diketahui bahwa Nanang disembunyikan di Karawang.
Pemimpin desa Kutamukti, ke Maryani, mengungkapkan bahwa dari laporan RT/RW dan pelaku pembunuhan datang ke wilayah Karawang sejak Senin (13.12.2025).
Penduduk mengklaim bahwa mereka dicurigai calon orang asing atau orang yang tidak dikenal.
Namun, tidak sadar bahwa karakter itu adalah pelaku pembunuhan aktor Sanda permanen.
“Penduduknya mengatakan RT untuk melihat bagaimana mereka tidak tahu di sini dan di sini, tetapi mereka tidak berpikir pelaku pembunuhan. Karena permainan itu adalah rambut gimbal yang panjang, itu tidak,” katanya.
Bahkan, penduduk berpikir bahwa seseorang memiliki gangguan mental karena setelah dia berada di jalan, orang -orang menghilang. Penduduk lain melihatnya di bidang pemakaman publik (TPU) di desa Kutamukti.
“Ya, saya pikir dia orang gila karena ada di TPU, tidur di kuburan,” katanya.
Mengatakan bahwa pagi ini orang itu lapar dan datang dari TPU untuk membeli makanan.
Namun, karena sisa uang adalah 2500 RP, ia datang ke klinik dan meminta bantuan untuk membeli makanan.
“Dari sana polisi segera ditangkap, karena sejak kemarin polisi sudah ada dan menyebar di desa,” katanya. Sandy Permanent dan tetangga duel
Kepala Komisaris untuk Hubungan Masyarakat dengan Jaya Ary Ary Syam Inndradi mengatakan para korban dan para pelaku bertempur.
“Berdasarkan fakta, diyakini bahwa ada saksi yang melihat seorang pria bertarung dengan korban,” kata Ary kepada wartawan pada hari Senin.
Ada pernyataan bahwa para pelaku adalah tetangga korban itu sendiri, tetapi Ary akan yakin lagi.
“Nanti kita akan yakin lagi,” kata mantan Kepala Polisi Jakarta Selatan.
Ade Ary juga mengatakan bahwa tim gabungan yang terdiri dari kantor polisi Cibarahi dan polisi metro Bekasi, dengan bantuan Direktorat Polisi Metropolitan, menyelidiki empat saksi.
“Setelah kunjungan ke TKP, terus memperdalam, kejahatan harus diperiksa oleh setidaknya 4 saksi, termasuk ibu yang telah melihat para korban bertarung dengan saksi daripada orang yang berperang melawan korban”
“Saksi kedua adalah orang dari orang yang berjuang melawan korban, juga dianggap aman, yang terakhir adalah tetangga korban yang melihat kegembiraan antara korban dan pria itu,” jelasnya.
Sandy Perman dilarikan ke Rumah Sakit Regional Cileungi di daerah Bogor untuk mendapatkan bantuan medis, tetapi hidupnya tidak diselamatkan karena kehilangan darah.
Beberapa artikel ini disiarkan di wartakoTalive.com dengan nanang gimbal menggunakan pisau dapur di Sandy Perman
(Tribunnews.com/nina yuniar) (wartakoTalive.com/muhammad azzam/ramadhan l q)