Laporan jurnalis Tribunnews.com, Namira Yunia Lesanti
TRIBUNNEWS.COM, MADRID – 50 universitas terbaik Spanyol yang tergabung dalam Konfederasi Universitas Spanyol (CRUE) memutuskan untuk berhenti menandatangani perjanjian kerja sama dengan lembaga dan pusat penelitian Israel pada Jumat (10/5/2024).
“CRUE berkomitmen untuk meninjau kembali hubungan dan, jika perlu, menangguhkan kerja sama dengan universitas dan pusat penelitian Israel yang belum menyatakan komitmen tegas terhadap perdamaian dan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional,” kata CRUE dalam sebuah pernyataan, menurut Barrons.
Pemutusan kontrak ini dilakukan di tengah protes mahasiswa di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa Barat, yang muncul dalam beberapa pekan terakhir.
Di Spanyol, protes pertama dimulai pada tanggal 29 April di Universitas Valencia di timur, dengan mahasiswa mendirikan sekitar dua puluh tenda di sekitar kampus sebagai protes.
Hal serupa terjadi di Universitas Barcelona dan kemudian menyebar ke Madrid dan beberapa negara bagian Basque di utara, Alicante di timur, dan wilayah Andalusia di selatan. Protes ini terjadi setelah mahasiswa Amerika yang pro-Palestina turun ke jalan untuk memprotes kejahatan Israel atas kematian 34.000 warga Gaza.
Pengunjuk rasa pro-Palestina meminta universitas tersebut untuk memutuskan hubungan dengan Israel agar pertumpahan darah di Gaza segera berakhir.
“Apa yang sebenarnya kami inginkan adalah agar pemerintah dan para rektor universitas memenuhi tuntutan kami dan memutuskan hubungan dengan Israel,” kata Sebastian Gonzalez, seorang mahasiswa hukum dan ilmu politik berusia 28 tahun, kepada AFP di Universitas Complutense di Madrid ketika para pengunjuk rasa berkumpul pada hari Selasa. .
“Jika tuntutan kami dipenuhi, kami akan membubarkan kamp. “Sampai saat itu tiba, kami akan terus melakukan perlawanan di sini dan di seluruh Spanyol,” kata Gonzalez, juru bicara para pengunjuk rasa.
Tak hanya di Eropa, aksi demonstrasi juga dilakukan oleh mahasiswa Amerika, sayangnya pihak universitas menilai aksi demonstrasi yang diserukan mahasiswa selama berminggu-minggu tersebut mengganggu proses belajar mengajar.
Alasan tersebut membuat beberapa kampus AS, seperti Columbia University, mengambil tindakan tegas, mengancam akan skorsing dan mengeluarkan mahasiswa yang berani berdemonstrasi.