AS: Rusia Gunakan Senjata Kimia, Kremlin: Tidak Didukung Oleh Bukti Apa Pun

TribunNews.com – Rusia membantah klaim Amerika Serikat bahwa pasukannya menggunakan senjata kimia dalam perang melawan Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tuduhan Amerika Serikat sama sekali tidak berdasar.

“Tuduhan itu sama sekali tidak berdasar dan tidak didukung bukti apa pun,” kata Peskov seperti dikutip Russian Today, Kamis (3/5/2024), “Moskow mematuhi kewajiban internasionalnya.”

Amerika Serikat meningkatkan sanksi terhadap lembaga-lembaga Rusia pada hari Rabu. Beberapa tindakan ini dibenarkan oleh dugaan pelanggaran yang dilakukan Moskow terhadap Konvensi Senjata Kimia (CWC) tahun 1993.

Sanksi terbaru AS menargetkan total 280 individu dan entitas, termasuk Pasukan Pertahanan Radiologi, Kimia, dan Biologi – cabang khusus militer Rusia yang bertugas melindungi militer dan warga sipil dari senjata pemusnah massal.

Washington menuduh

Unit tersebut “memfasilitasi penggunaan senjata kimia” dalam perang Ukraina.

Departemen Luar Negeri AS secara khusus mengklaim bahwa Rusia menggunakan racun kloropikrin, yang digunakan dalam perang kimia selama Perang Dunia Pertama dan sekarang banyak digunakan sebagai obat dan ramuan.

Seorang komandan senior militer Ukraina tahun lalu mengklaim bahwa tentaranya telah berulang kali menjadi sasaran kloropikrin. Pada bulan Februari, Kiev menuduh Rusia melakukan lebih dari 200 serangan senjata kimia di medan perang pada bulan Januari saja.

Moskow menuduh tentara Ukraina memulai insiden senjata kimia dan menyalahkan Rusia atas insiden tersebut.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada akhir Februari: “Penggunaan bahan kimia beracun oleh teroris Ukraina telah menjadi hal yang sistematis.”

Dia mengatakan bahwa Ukraina juga menggunakan senjata kimia yang dikirim melalui drone.

“Contoh pertama penggunaan kloropikrin oleh kelompok neo-fasis di Ukraina terjadi selama pengepungan Gedung Serikat Buruh di Odessa pada 2 Mei 2014,” kata kementerian tersebut.

Menurut Moskow, asap yang keluar dari bahan kimia saat pembakaran gedung menjadi penyebab tingginya angka kematian akibat kejadian tersebut.

Menurut statistik resmi Ukraina, sanksi AS diumumkan sehari sebelum peringatan sepuluh tahun pembantaian di Odessa, yang menewaskan 48 orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *