Militer Israel Fokus ke Lebanon, Sisa Pasukan IDF di Gaza dan Netzarim Digerogoti Sergapan Al Qassam

Militer Israel fokus di Lebanon, meninggalkan pasukan IDF di Gaza dan Netzarim diserang dari Al Qassam.

TRIBUNNEWS.COM – Pakar militer dan strategi, Nidal Abu Zaid memberikan analisisnya mengenai perkembangan situasi konflik di Gaza dan Lebanon Selatan.

Secara khusus, Abu Zaid memperlihatkan video yang disiarkan media sosial militer oposisi tentang penyerangan tentara Israel (IDF) di Rafah.

Menurutnya, penyerangan Brigade Al Qassam terhadap IDF di Rafah membenarkan apa yang telah dijelaskannya sebelumnya tentang berlanjutnya perlawanan di Gaza akibat operasi militer IDF karena terfokus ke utara.

“Pejuang perlawanan Gaza mulai mendapatkan keuntungan dari pergeseran tekanan militer Israel ke Utara dan serangan langsung terhadap unit-unit yang tersisa di Gaza. IDF hanya memiliki Divisi Lapis Baja ke-162 dan dua brigade di poros Netzarim. Serangan tersebut (terhadap sisanya) IDF) menunjukkan bahwa “perlawanan di Gaza masih mungkin terjadi,” katanya.

Ia juga membantah pernyataan IDF yang menyebut pihaknya menghancurkan kekuatan militer Qassam di Rafah.

Tampaknya ketenangan yang kita lihat di teater Gaza dalam beberapa hari terakhir telah memberikan kesempatan bagi para pejuang perlawanan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh absennya Divisi Pasukan Terjun Payung ke-98 dan unit-unit lain dari Gaza, kata Abu Zaid.

Seperti diketahui, IDF saat ini memprioritaskan situasi di front utara dengan melakukan operasi militer melawan oposisi Lebanon, Hizbullah.

Ada tanda-tanda bahwa IDF akan segera melancarkan serangan darat di Lebanon untuk memukul mundur Hizbullah.

“Blokade (peningkatan) aktivitas tembakan IDF terkonsentrasi di utara bersama Hizbullah, yang berarti kita mungkin akan melihat lebih banyak operasi terhadap Gaza dalam beberapa hari mendatang,” kata Abu Zaid. Asap mengepul di Lebanon selatan setelah serangan udara Israel, di tengah bentrokan yang sedang berlangsung di perbatasan antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Tyre, Lebanon selatan pada 23 September 2024. (Aziz Taher/Reuters) Propaganda Umum Israel

Terkait perkembangan di utara, Abu Zaid membandingkan permainan militer yang dilakukan Israel di Lebanon pada tahun 2006 dengan permainan militer pada tahun 2024.

Menurut Abu Zaid, ada kesamaan dalam serangan Israel, yaitu propaganda. 

“Kita dapat melihat bahwa ada kesamaan dalam siaran pers, seperti yang diumumkan oleh kepala staf IDF saat itu: Danny Halutz mengatakan bahwa serangan udara akan menyebabkan kekalahan Hizbullah. Halevi, gunakan bahasa propaganda yang sama,” katanya.

Abu Zaid mengatakan pada tahun 2006 bahwa meskipun Israel mengumumkan dan mendeklarasikan keberhasilan dalam menghancurkan banyak infrastruktur dan jaringan oposisi, tentara telah ditarik dan operasi militer dihentikan.

“Dan tujuan (militer) Kepala Staf IDF Danny Halutz tidak tercapai,” menurut Abu Zaid.

Sebagai informasi, dalam pertandingan militer tahun 2024 ini, IDF menyebut serangannya dengan sebutan “Northern Arrow”. Nama ini diejek oleh Hizbullah yang menyebutnya sebagai “Rekening Terbuka”, mengacu pada pernyataan organisasi tersebut bahwa mereka sedang menunggu kedatangan pasukan Israel untuk ‘mencairkannya’. Rudal Hizbullah ditembakkan ke wilayah Israel. Pada Rabu (25/9/2024) untuk pertama kalinya, rudal balistik Hizbullah menghantam Tel Aviv, Israel, menyasar markas Mossad di ibu kota Israel. (khaberni) Pertempuran Pengeboman Markas Mossad

Abu Zaid mengatakan Hizbullah mulai muncul secara rutin di media dan pemilihan suku.

“Tampaknya ini menunjukkan bahwa Hizbullah telah berhasil, setidaknya, untuk saat ini, dalam memulihkan keseimbangan dan memulihkan rantai kekuasaan, meskipun hanya sebagian. (Hizbullah) bisa saja membuat bom yang berbeda jenis dan sasarannya,” katanya. katanya, menjelaskan dampak serangan Israel terhadap rantai komando Hizbullah.

Abu Zaid menegaskan, sasaran gedung Mossad kemarin, Rabu, di Tel Aviv, dengan rudal Qadir 1, yang penting bukan nilai destruktifnya.

“Tetapi terletak pada keberhasilan Hizbullah meluncurkan rudal balistik dan ketidakmampuan Israel mendeteksi rudal jenis ini, yang memiliki banyak keunggulan (Perlawanan),” ujarnya. 

Perkembangan tersebut, menurut Abu Zaid, terjadi seiring dengan upaya masyarakat internasional dalam mendorong Israel mengakhiri serangannya di tanah Lenanon, yang akan menjadi kerugian lebih besar bagi Tel Aviv jika sampai terjadi.

(oln/khbrn/*)   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *