Strategic Policy Forum, Prof Marsudi Wahyu: Indonesia Emas Tak Akan Terwujud Tanpa Teknologi Digital

Laporan Jurnalis Tribunnews.com Hasiolan Eko P

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Rektor Universitas Pancasila, Prof Marsudi Wahyu Kisuro mendorong pemerintahan baru pimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menerapkan digitalisasi di berbagai sektor, termasuk pengelolaan sumber daya alam (SDA) berkelanjutan.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara pada Strategic Policy Forum (SPF) 2024 yang diselenggarakan oleh Research Center Center for Strategic Policy Studies (CSPS), kelompok kerja khusus, Center for Strategic and Global Studies (CSGS), the Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, di Gedung Kampus UI Salemba, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

“Digitalisasi sumber daya alam yang berkelanjutan melibatkan penggunaan teknologi digital untuk mengelola, memantau, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam agar lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” kata profesor tersebut. Selasa.

Dapat dipahami bahwa forum ini akan melengkapi hasil survei CSPS untuk memberikan informasi kepada pemerintahan di masa depan, khususnya mengenai penciptaan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Maka dalam hal ini Prof Marsudi juga mendorong agar transformasi digital juga diterapkan pada program strategis pasangan Prabowo-Gibran lainnya, yakni makan gratis bergizi, agar pelaksanaan program menjadi lebih efisien dan optimal.

“Jadi tadi kita bicara tentang makanan bergizi gratis. Kalau kita pakai digitalisasi akan lebih efisien, lebih optimal, dan sebagainya,” jelasnya.

Sebab menurutnya sumber daya alam mencakup banyak wilayah. Diantaranya sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan kelautan.

“Kalau bicara sumber daya alam, kita tidak hanya bicara pertambangan saja, tapi juga air yang dibutuhkan untuk pertanian, kita bicara sumber daya alam lainnya,” lanjut profesor itu. Selasa.

Untuk itu, ia menegaskan agar penerapan digitalisasi sumber daya alam dapat dilaksanakan secara komprehensif.

Selain itu, Forum Ekonomi Dunia mengungkapkan bahwa pada tahun 2030 permintaan sumber daya alam diperkirakan meningkat hingga 50 persen, sementara pasokan global akan terus menurun.

“Di sektor pertambangan, hal ini membuat pengelolaan sumber daya menjadi lebih efisien, mengurangi limbah, dan memantau dampak lingkungan secara real time,” tambah profesor tersebut. Marsudi yang juga merupakan anggota dewan pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kemudian Prof Marsudi menjelaskan bahwa Indonesia kini berada pada posisi negara berpendapatan menengah (middle income country) dan normalnya akan sulit keluar dari jebakan berpendapatan menengah (middle income trap) untuk menjadi negara maju.

Namun, lanjutnya, digitalisasi atau transformasi digital menjadi salah satu modal utama Indonesia untuk mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan memberikan multiplier effect untuk memajukan Indonesia dan Indonesia Emas 2045.

“Banyak pengalaman dari beberapa negara, misalnya dari Korea Selatan, China dan beberapa negara lainnya. Ketika mereka keluar dari middle income trap maka solusinya adalah dengan menggunakan teknologi. Tanpa teknologi kita tidak akan pernah bisa lepas dari middle income trap. ,” kata Profesor Marsudi.

“Teknologi digital tidak akan membawa Indonesia menuju Indonesia Emas, namun tanpa teknologi digital Indonesia Emas tidak akan pernah tercapai,” ujarnya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *