Laporan khusus dari tim Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Proses transfer kewarganegaraan pemain timnas Indonesia yang dinaturalisasi belakangan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola di Indonesia.
Hal tersebut tak lepas dari program naturalisasi pemain yang terus dilakukan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk sepak bola Indonesia.
Setidaknya ada 14 pemain naturalisasi sejak era Mochamad Iriawan alias Iwan Bule, hingga kini PSSI dipimpin Erick Thohir. Sebut saja nama-nama seperti Marc Klok, Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, Jens Raven, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Maarten Paes.
Jumlah tersebut bertambah setelah Mees Hilgers dan Eliano Reijnders baru saja diambil sumpahnya menjadi warga negara Indonesia (WNI) di KBRI Belgia pada Senin (30/09/2024).
Selain pemain yang disebutkan di atas, ada dua pemain muda kelahiran Belanda yakni Tim Geypens dan Dion Marx yang juga disebut sedang mengumpulkan dokumen untuk mengubah kewarganegaraannya menjadi WNI.
Proses naturalisasi wakil Indonesia, khususnya di era kepemimpinan PSSI Erick Thohir, semakin dipercepat.
Setiap jeda internasional alias pertandingan FIFA, hampir selalu ada pemain baru yang bermain untuk tim Garuda, julukan timnas Indonesia.
Yang terbaru dan paling menarik adalah kehadiran Maarten Paes.
Penjaga gawang Liga Amerika (MLS) FC Dallas ini sukses membantu timnas Indonesia terhindar dari kekalahan di dua laga awal babak ke-3 kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pemain yang juga pemain Blijvers ini bahkan sempat didaulat menjadi man of the match laga Timnas Indonesia melawan Arab Saudi dan Australia pada September lalu.
Kendati demikian, hebohnya naturalisasi wakil Indonesia juga tidak lepas dari pro dan kontra.
Mulai dari isu pemain naturalisasi pemegang paspor ganda (Indonesia dan Belanda) hingga “umpan” yang ditawarkan PSSI kepada pemain tersebut tak luput dari perbincangan, khususnya di jagat media sosial.
Banyak yang mempertanyakan apakah PSSI memberikan “mahar” untuk membujuk pemain kelahiran Indonesia itu mengenakan seragam berlambang Garuda di bagian dada.
Program naturalisasi sebenarnya bukan hal baru di timnas Indonesia.
Di penghujung tahun 2010, pecinta sepak bola tanah air mungkin paling ingat dengan nama Cristian Gonzales.
Pemain kelahiran Uruguay itu sudah bermain di Indonesia sejak tahun 2003. Gonzales seolah menjadi ikon pemain naturalisasi Indonesia mulai dari berkarier di PSM Makassar hingga gantung sepatu di RANS Nusantara.
Situasi Gonzales memang berbeda dengan para pemain timnas Indonesia saat ini.
Pemain berjuluk El Loco yang bukan berdarah Indonesia itu harus menghabiskan waktu lima tahun penuh tanpa meninggalkan Indonesia demi mendapatkan status WNI.
Gonzales resmi menjadi WNI pada 3 November 2010, saat masih berseragam Persib Bandung. Ia pun menjadi pemain naturalisasi kedua yang dipanggil ke timnas Indonesia setelah Arnold van der Vin yang dinaturalisasi dan bermain untuk Merah Putih pada tahun 1952.
Iman Arif, sosok yang pernah menjabat Ketua Badan Tim Nasional (BTN) di bawah Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan bekerja di bidang teknis BTN, menceritakan bagaimana proses naturalisasi saat itu. Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales (immbranbskm.wordpress.com)
Imam mengatakan, Gonzales berharap PSSI bisa menjadi katalis percepatan peningkatan kualitas timnas Indonesia.
Dorongan naturalisasi “gelombang pertama” ini adalah lolosnya Gonzales Cs ke final Piala AFF 2010.
Sejak saat itu, Iman menyebut PSSI serius menjalankan program tersebut.
Cristian Gonzales dinilai sukses meningkatkan performa timnas Indonesia di level Asia Tenggara.
Sejak saat itu, tim PSSI rutin berkunjung ke Negeri Kincir Angin untuk menjenguk para pemain yang memiliki hubungan darah dengan Indonesia.
Dalam prosesnya, Iman Arif menyebut PSSI cukup banyak mendapat penolakan dari pemain asal Indonesia yang berdomisili di Belanda.
Maklum, terlepas saat timnas Indonesia masih belum tampil cemerlang, Iman mengungkapkan sebagian orang tua pemain masih punya perasaan negatif terhadap Indonesia.
“Kami juga banyak yang menolak karena banyak dari mereka yang saat itu tidak tertarik dengan timnas Indonesia. Ada juga yang langsung menolak kami karena orang tuanya tidak menyetujuinya, karena mungkin dulu mereka anti Indonesia.” kata Iman kepada Tribunnews, Rabu (25 September 2024). Impian Indonesia Jadi Raja ASEAN dan Fanatisme AFF 2010 Diego Michiels mengenakan jersey Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 (Instagram Diego Michiels)
Sepanjang tahun 2010-2015, setidaknya ada 11 pemain naturalisasi yang membela timnas Indonesia.
Mereka adalah Cristian Gonzales, Kim Jeffrey Kurniawan, Diego Michiels, Victor Igbonefo, Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, Raphael Maitimo, Tonnie Cusell, Stefano Lilipaly, Jhon van Beukering, Ruben Wuarbanaran.
Iman Arif mengatakan, PSSI saat itu tidak menawarkan apa pun kepada pemain non-Indonesia agar mau membela timnas Indonesia.
Mahar yang diberikan PSSI saat itu hanyalah mimpi agar Garuda bisa sukses, setidaknya di level Asia Tenggara (ASEAN).
Selain itu, Iman mengaku hanya memperlihatkan cuplikan pertandingan Timnas Indonesia saat berlaga di Piala AFF 2010 saat proses tawaran naturalisasi.
Fanatisme suporter Timnas Indonesia kala itu seolah menjadi jalan PSSI agar para pemainnya bisa berpaspor hijau.
Pria yang pernah memiliki saham di klub Liga Premier Leicester City mengatakan uang, janji karier, bahkan secangkir kopi, pernah menjadi “suap” untuk membuat pemain dinaturalisasi.
“Mereka juga lihat timnas Indonesia main di AFF, antusiasnya luar biasa, penonton penuh 90.000 orang datang, auranya beda banget, mereka nonton. Saya juga tunjukkan videonya, mereka kaget,” kata Iman. . . (berdiri jaring/alf/dod/coz)