Dari drone Iran hingga rudal Korea Utara, persenjataan rudal Rusia seberat 22.000 ton dihancurkan oleh serangan besar-besaran Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM – Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengumumkan bahwa mereka melakukan serangan strategis terhadap depot amunisi Rusia yang terletak di Karachev, Oblast Bryansk, pada Rabu (10/9/2024).
Fasilitas yang terletak di atas lahan seluas 3,5 km⊃2 ini diyakini dapat menyimpan persenjataan berkapasitas amunisi hingga 22.000 ton.
Menurut intelijen Ukraina, depot tersebut berisi drone Iran, rudal Korea Utara, bom berpemandu Rusia, dan senjata lain yang ditujukan untuk kelompok Sever Rusia, yang secara aktif terlibat dalam operasi di wilayah Kharkiv di Ukraina dan wilayah Kursk di Rusia.
Rekaman saksi mata yang dibagikan di media sosial menunjukkan besarnya ledakan, serupa dengan insiden sebelumnya di Toropet dan Krasnodar Krai.
Meskipun gudang senjata dilaporkan terletak 71 mil (114 km) dari perbatasan Ukraina, saksi mata mencatat bahwa sebagian besar amunisi disimpan di tempat terbuka.
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan bahwa pemerintah setempat memblokir jalan di sekitar gudang senjata.
Laporan ini disebut berasal dari hasil penilaian online terhadap hasil penyerangan tersebut.
Militer Ukraina menekankan bahwa kerusakan tersebut menciptakan kendala logistik yang serius bagi tentara Rusia, sehingga mengurangi kemampuannya untuk melancarkan serangan di daerah-daerah kritis.
Media Rusia juga melaporkan serangan Ukraina.
Menurut laporan AviaPro, “Pada malam tanggal 9 Oktober, sebuah depot amunisi di distrik Karachevski di wilayah Bryansk diserang oleh drone Ukraina.”
Oleg Tsarev, mantan wakil Verkhovna Rada dan politisi pro-Rusia, mengatakan bahwa tentara Ukraina melakukan beberapa serangan di wilayah Rusia dalam semalam.
Dampak serangan ini masih dikaji.
Serangan itu menyebabkan kebakaran gudang, dan penduduk setempat mendengar ledakan keras dan menyaksikan kobaran api yang masih ada. Drone Shahed diproduksi di Iran (Fakty.com.ua) Mengapa Rusia menggunakan drone Iran dan rudal Korea Utara?
Di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina pada tahun 2023 dan 2024 Rusia aktif menggunakan drone Iran dan rudal Korea Utara untuk meningkatkan kekuatan militernya.
Drone Iran, yang terkenal dengan serangan jarak jauh dan kemampuan pengawasan strategisnya, merupakan komponen penting dari strategi militer Rusia.
Rusia mengimpor drone Shahed-136 dan Shahed-129 untuk meningkatkan kemampuan militernya.
Shahed-136, sering disebut sebagai “drone kamikaze”, berspesialisasi dalam serangan bunuh diri dengan bahan peledak presisi untuk mencapai sasaran secara akurat.
Sementara itu, Shahed-129 merupakan pesawat tak berawak multiperan yang dapat membawa rudal dan bom, sehingga semakin meningkatkan kemampuan operasional Rusia.
Korea Utara telah menjadi pemasok senjata utama ke Rusia.
Pada tahun 2023, ketika hubungan militer kedua negara semakin erat, Rusia memperoleh berbagai rudal dari Korea Utara. Rudal KN-23 diproduksi oleh Korea Utara (Yonhap)
Diantaranya, rudal KN-23 dan KN-24 sangatlah penting. KN-23 adalah rudal balistik jarak pendek yang dipuji karena keserbagunaan dan kemampuannya menghindari pertahanan rudal.
Rudal KN-24 merupakan adaptasi yang mampu menargetkan target statis dan bergerak, sehingga meningkatkan efektivitas strategis pasukan Rusia.
Laporan intelijen baru-baru ini mengungkapkan bahwa Rusia secara aktif memasukkan drone Iran dan rudal Korea Utara ke dalam operasi militernya, sehingga sangat meningkatkan kekuatan tempur pasukan Rusia.
Misalnya, drone Iran telah digunakan dalam serangan terhadap infrastruktur Ukraina, sementara rudal balistik Korea Utara berfungsi untuk mengimbangi blokade produksi rudal yang dilakukan Rusia.
Akibatnya, senjata-senjata canggih ini memberi Rusia peluang baru untuk melakukan serangan mendalam, sehingga mempersulit posisi pertahanan Ukraina.
Lebih jauh lagi, meningkatnya hubungan militer antara Rusia dan Korea Utara menggambarkan sifat dinamis dari aliansi global. Ketika ketegangan antara negara-negara Barat dan rezim otoriter meningkat, kemitraan ini menggarisbawahi persaingan geopolitik yang lebih luas.
Konflik di Ukraina merupakan manifestasi lokal dari permainan global ini, dimana Iran dan Korea Utara memainkan peran yang semakin penting di panggung dunia. Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022
Pada 21 Februari 2022, Rusia mengatakan fasilitas perbatasannya diserang oleh pasukan Ukraina, yang mengakibatkan kematian lima pejuang Ukraina.
Namun, Ukraina dengan cepat menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “bendera palsu”.
Dalam sebuah langkah signifikan pada hari yang sama, Rusia mengumumkan bahwa mereka secara resmi mengakui provinsi Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) yang memproklamasikan diri sebagai independen oleh Ukraina.
Menariknya, menurut Presiden Rusia Putin, pengakuan ini mencakup seluruh wilayah Ukraina. Setelah pernyataan tersebut, Putin mengirimkan satu batalion pasukan militer Rusia, termasuk tank, ke wilayah tersebut.
Maju ke tanggal 24 Februari 2022. Berita utama global didominasi oleh sebuah peristiwa besar. Putin memerintahkan serangan militer besar-besaran terhadap Ukraina.
Dipimpin oleh angkatan bersenjata Rusia yang ditempatkan di perbatasan Ukraina, serangan itu tidak terjadi secara spontan, melainkan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Meski situasinya menyerupai perang, pemerintah Rusia menahan diri untuk tidak menggunakan istilah ini.
Mereka lebih suka menggunakan kamus “operasi militer khusus”.