Megawati Baru OTW Lahir, Geger Transfer Pemain Asing Liga Voli Korea Munculkan Ide Tambah Kuota Asia

TRIBUNNEWS.COM – Kontroversi aturan transfer pemain asing non-Asia di Liga Bola Voli Korea memunculkan ide baru. KOVO didesak untuk menambah kuota pemain asing Asia.

Federasi Bola Voli Korea Selatan (KOVO) menghadapi panggilan sulit dari tim Liga Bola Voli Korea.

Tim bola voli Kabupaten Ginseng menuntut perubahan aturan transfer pemain asing non-Asia. Hal ini disebabkan badai cedera yang melanda sebagian besar tim Liga Voli Korea 2024/2025.

KOVO memperkenalkan sistem uji coba seleksi pemain asing, yakni musim 2015/2016 divisi putri dan musim 2016/2017 divisi putra. MW Hangestri merayakan bersama rekan satu timnya saat Red Sparks menghadapi IBK Altos di Liga Bola Voli Wanita Korea, Sabtu (30/11/2024). (Instagram @red__sparks)

Nantinya, tim Liga Voli Korea “hanya” akan memilih pemain asing yang terdaftar dalam sistem tryout. Dan bagi pemain bola voli luar negeri yang ingin berlaga di negeri ginseng tersebut harus mendaftar KOVO Draft.

Masalah baru muncul di Liga Voli Korea 2024/2025. Badai cedera menimpa tim-tim baik di bidang putra maupun putri.

Beberapa harus mencari penggantinya, seperti GS Caltex, yang kehilangan Stephanie Weiler (Australia) karena cedera Achilles.

Sesuai kebijakan KOVO, tim hanya bisa mencari pemain asing melalui draft musim 2024/2025, dalam hal ini kuota Asia. Namun, dalam hal pilihan untuk memenuhi kebutuhan seorang pelatih, akan sangat sulit untuk menemukan pelatih yang tepat.

Sementara aturan pergantian pemain asing non-Asia sedikit berbeda.

Klub memiliki opsi untuk mencari pengganti melalui Couvo Draft, atau mencari pengganti sementara. 

Alhasil, jika mencari pengganti sementara, uang yang dikeluarkan sangat besar, dan hal ini bisa terjadi jika ada pemain asing non-Asia yang cedera.

Jika dia pulih, pemain penggantinya harus dilepas. Sedangkan jika mengikuti proyek KOVO, manfaatnya sesuai dengan gaji yang ditentukan.

Tim Liga Bola Voli Korea meminta agar KOVO leluasa menerima pemain asing non-Asia, yakni tidak menggunakan sistem kepercayaan.

Namun menurut KOVO, persyaratan tersebut menjadi kendala karena setiap tim memiliki kemampuan finansial yang berbeda-beda. 

Jadi situasi tersebut akan menguntungkan tim dengan kekuatan finansial yang kuat.

Menanggapi alasan KOVO, salah satu ofisial Liga Voli Korea pun membeberkan apa tujuan federasi tersebut.

Oleh karena itu, ia mengusulkan penambahan kuota pemain asing Asia dari satu menjadi dua untuk musim depan.

“Saya mencoba memahami alasan yang diberikan,” jelasnya seperti dikutip laman Naver.

Misalkan kita tidak leluasa mencari pemain asing sendiri, lumayan kalau kuota Asianya ditambah menjadi 2, tidak seperti sekarang,” jelasnya sambil membuat proposal baru.

Di sisi lain, pembatasan gaji pemain bola voli pun tak luput dari perbincangan Kuo dengan tim Liga Bola Voli Korea.

“Saya tidak menentang mendatangkan pemain asing secara cuma-cuma. Tapi hal ini bisa dihindari dengan membatasi gaji.”

“Kami menentang klub-klub yang mengimpor pemain asing secara ilegal dengan harga tinggi,” tegas salah satu perwakilan Liga Bola Voli Korea.

Jika diterapkan, usulan penambahan kuota pemain asing Asia menjadi 2 musim depan jelas akan menguntungkan Indonesia.

Sebab ini merupakan peluang baru bagi lahirnya UM baru agar mampu bersaing di Negeri Ginseng.

Hingga saat ini, hanya MW Hengstar yang merupakan pemain bola voli nasional yang mampu mengikuti Liga Bola Voli Korea. Selain itu, pemain bola voli Indonesia lainnya, baik putra maupun putri, kurang beruntung sejak mengikuti upaya tersebut.

(Tribunnews.com/Giri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *