Perang Psikologis Netanyahu Jadi Bumerang, Ekonomi Israel Malah Memburuk

TRIBUNNEWS.COM – Perang psikologis yang dilakukan Israel justru membuat status Negara Yahudi menjadi tidak menentu.

Perang psikologis yang dilancarkan pemerintahan Benjamin Netanyahu mendapat dukungan dari Barat melalui sanksi dan ancaman untuk mematahkan mentalitas sekutu Iran.

Namun, pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei bersikeras dia akan menyerang Israel jika tidak ada hasil damai dari rencana perundingan di Gaza.

Namun sekutu Iran, Houthi dan Hizbullah, terus menembakkan senjatanya ke Israel.

Akibatnya, Israel kini memasuki kekacauan ekonomi yang serius. Aktivitas perekonomian negara Zionis lumpuh.

Media Israel Channel 13 melaporkan bahwa sejak pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel, perekonomian negara tersebut menjadi semakin kacau.

Dua minggu setelah pembunuhan itu merupakan hari-hari yang “melelahkan” bagi pasar Israel.

“Beberapa acara ekonomi telah dibatalkan di wilayah pendudukan Israel, sementara acara lainnya telah dikurangi karena kegelisahan yang dialami para pemukim,” kata saluran berita tersebut.

Pada saat yang sama, janji serangan oleh Hizbullah dan Iran mempengaruhi aktivitas ekonomi negara tersebut.

Kebijakan yang dikeluarkan pihak berwenang semakin tidak menentu, menunggu serangan tersebut.

Media melaporkan bahwa pariwisata adalah sektor yang paling terkena dampaknya. Sektor ini hancur total karena hingga saat ini belum ada turis yang berani datang ke Israel.

Saat ini, bahkan penerbangan di seluruh Israel membatalkan rute internasional.

Akibat pembatalan tersebut, semakin banyak pemukim Israel yang terdampar di negara lain akibat pembatalan penerbangan besar-besaran.

Kemungkinan respons yang dilancarkan oleh kelompok perlawanan juga berdampak pada hotel dan bisnis perhotelan serta pariwisata lainnya di wilayah utara yang diduduki Israel, yang dapat terkena dampak langsung dari serangan di masa depan.

Diperkirakan kondisi seperti ini akan berdampak pada sektor lain juga.

“Sektor medis dan energi mulai terdampak dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga September mendatang,” kata salah satu komentator yang dikutip Almayadeen.

Jika penantian ini berlanjut hingga bulan depan, sektor pendidikan Israel juga akan sangat terpengaruh oleh tindakan operasional tersebut, sehingga memaksa institusi untuk “bermanuver dalam skenario pertempuran”. Iran siap berperang

Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei memandang pembatasan dan sanksi Barat sebagai perang psikologis.

Sementara itu, Iran meladeni tindakan Barat dan Israel dengan menolak upaya perdamaian yang terus dilakukan pihak ketiga.

“Perang psikologis musuh di bidang militer ditujukan untuk menimbulkan ketakutan. Para syuhada terus melakukan perang psikologis. Kebenaran ini harus diingat,” kata Khamenei, dikutip Mehr News.

Iran mengatakan akan menyerang Israel. Saat ini, negara para mullah menempatkan rudal dan drone terkenal Iran di area yang tepat untuk diserang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *