TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tentara baru pemerintah Suriah, Ahmed al-Sharaa, juga dikenal sebagai Abu Mohammad al-Jolani, menegaskan hubungan strategisnya yang kuat dengan Rusia.
Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan Al Arabiya yang dirilis Minggu (29/12/2024).
“Rusia adalah negara terkuat kedua di dunia. Benar sekali. Suriah memiliki kepentingan strategis yang sama dengan Rusia,” kata Abu Mohammad al-Jolani.
Ia juga mengatakan bahwa pemimpin baru Suriah tidak ingin mengakhiri kehadiran Rusia di Suriah tanpa batas waktu.
Apalagi hubungan bilateral mereka (Suriah-Rusia) sudah terjalin lama.
Sementara itu, dalam komentarnya kepada Sputnik, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa Moskow telah diberitahu tentang rencana masa depan pemerintah sementara Suriah.
Pertama, mengenai peninjauan kembali perjanjian mengenai kehadiran pasukan Rusia, dikutip Al Mayadeen, Senin (30/12/2024).
“Tentu saja, pergantian kekuasaan yang terjadi dan perubahan yang terjadi di negara ini telah menimbulkan beberapa kompromi mengenai kehadiran pasukan Rusia di Suriah.”
Lavrov mengatakan hal ini bukan hanya soal menjaga pangkalan atau pertahanan Rusia, tapi juga soal kondisi operasional, pemeliharaan, dan interaksi dengan pihak lokal.
“Ini bisa menjadi topik perundingan dengan kepemimpinan baru Suriah,” kata Lavrov.
Terlebih lagi, situasi di Suriah tidak mempengaruhi perjanjian komprehensif yang terjalin antara Rusia dan Iran.
Dia menggambarkan perjanjian tersebut bersifat inklusif, berjangka panjang dan dapat disesuaikan dengan segala keadaan.
Dan amandemen ini tidak memerlukan apa pun selain perubahan kepemimpinan di Suriah.
Lavrov menekankan bahwa perjanjian tersebut mencerminkan kemajuan signifikan dalam hubungan bilateral dan meningkatkan tingkat kemitraan strategis.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)