Laporan jurnalis Tribunnews.com Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan komitmennya untuk melawan semakin maraknya aktivitas perjudian online (judol) di era transformasi digital.
Pada Senin (30/12/2024), Wakil Menteri Perhubungan Nesar Patria di Jakarta mengatakan, “Saat ini terdapat empat juta pengguna internet yang bermain judoll setiap hari di Indonesia, dan 80.000 di antaranya adalah anak-anak.
Aktivitas perjudian online menjadi masalah besar dan musuh masyarakat karena dampak negatifnya terhadap masyarakat dan negara.
Nezar menyoroti nilai transaksi kegiatan Judol yang mencapai nilai mengejutkan hampir Rp 900 triliun berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Pada Desember 2024, Kementerian Komunikasi telah menghapus lebih dari 5,5 juta konten.
“Bayangkan, uang sebanyak itu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih efektif dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun, uang itu disedot ke dalam permainan yang keji,” katanya.
Nesar menekankan pentingnya kerjasama masyarakat dan pemerintah terhadap praktik dan aktivitas judol.
Kemkomdigi akan terus melakukan langkah nyata, termasuk meningkatkan edukasi masyarakat mengenai dampak negatif judol.
Nesar mengimbau masyarakat aktif saling mengingatkan keluarga, saudara, dan lingkungan sekitar.
Pihaknya menggelar fun run Komdigi 5K untuk menyatukan tekad dan membangun kolaborasi lintas sektor untuk memberantas judol.
Peserta berasal dari berbagai latar belakang, antara lain Aparatur Sipil Negara (ASN), pekerja swasta, dan jurnalis media nasional.
“Kami berharap kemeriahan kegiatan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus bergandengan tangan memberantas Judoll,” kata Nesar.
Sementara itu, Direktur Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan Kementerian Komunikasi dan Pendidikan Tinggi Ibu Marroli Jeni Indarto mengingatkan para pemuda untuk selalu mewaspadai jebakan judol.
“Perjudian online menyasar banyak anak muda dengan janji kemenangan cepat. “Tentu saja, mereka berjuang melawan algoritma, sehingga hampir mustahil untuk menang,” katanya.