Keluhkan SDM, Kepala BSSN: Lulusan Politeknik Siber Cuma 100 Orang per Tahun, padahal Butuh 8.000

TRIBUNNEWS.COM – Direktur Biro Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian menyayangkan minimnya sumber daya manusia (SDM) di bidang siber menyikapi kisruh permasalahan serangan ransomware di Pusat Data Nasional. PDN).

Hal itu disampaikannya dalam rapat gabungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Cominfo) dan Komisi I DPR di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27 Juni 2024).

Mula-mula Hinsa membeberkan bahwa Cyber​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​pertama kali berdiri pada tahun 2019 ketika Sekolah Sandi Negara berganti nama.

Setelah itu, katanya, kurikulum yang diajarkan di Cyber ​​College lebih fokus pada kripto.

Artinya enkripsi dan dekripsi sudah berakhir. Tampaknya setelah era digital dan cyber, hal ini sudah berkembang, ujarnya.

Hinsa Cyber​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ditemukan kurikulum yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BSSN (tupox), sehingga dibuatlah kurikulum baru.

“Sebagai prioritas sumber daya manusia, kami mencari masukan dari para ahli untuk penyempurnaan kurikulum, universitas ilmu terapan, dan peningkatan koordinasi, yang sejalan dengan amanat dan aktivitas BSSN di dunia siber.”

“Itu yang kami lakukan dan sejauh ini sudah tahun keempat (wisuda) mengikuti kurikulum baru ini,” ujarnya.

Setelah itu, kata Hinsa, setiap tahunnya hanya 100 lulusan perguruan tinggi vokasi siber.

Padahal, kata dia, saat ini dibutuhkan 8.000 lulusan yang memiliki lisensi siber.

“Karena hanya sekolah formal, setahunnya kita hanya bisa mencetak 100 orang. Sementara Indonesia membutuhkan 8.000 orang yang memiliki gelar cyber pada tahun ini.”

Artinya, kami mempertimbangkan kebutuhan masing-masing kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, ujarnya.

Karena keterbatasan sumber daya manusia, Hinsa meminta perguruan tinggi di Indonesia membantu dengan fokus menghasilkan lulusan di bidang keamanan siber atau cybersecurity.

Kalau perlu tanyakan tidak hanya tentang ilmu komputer, tapi tentang keamanan di setiap universitas,” ujarnya.

Kalau dianalogikan, kita butuh tentara. Dan tentara butuh pelatihan khusus, kata Khinsa.

Sebelumnya pada Rabu (26 Juni 2024), Hinsa mengeluhkan minimnya sumber daya manusia di industri keamanan siber.

Menurutnya, ada tiga hal utama yang diperlukan dalam operasional BSSN: sumber daya manusia, manajemen, dan teknologi yang digunakan.

Selanjutnya, Hinsa mengatakan, dari segi sumber daya manusia, masih sedikit orang yang memiliki gelar keamanan siber.

Ia kemudian mencontohkan universitas yang menawarkan jurusan keamanan siber.

“Iya kalau kita lihat dari sisi sumber daya manusianya ya, kalau dari sisi pendidikan formal masih bisa kita bilang, berapa banyak universitas yang punya jurusan keamanan siber? Jurusan teknologi informasi itu banyak sekali,” ujar Hinsa saat memberikan sambutan pada acara tersebut. Gedung BSSN. . Aula, Depok, Jawa Barat.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Pusat Data Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *