Laporan reporter Tribunnews.com Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia memiliki potensi energi terbarukan lebih dari 3.686 GW (ESDM), namun pelaksanaan proyek energi terbarukan sangat lambat.
Forum Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024 membahas berbagai kendala dan tantangan dalam pelaksanaan proyek energi terbarukan.
Kendala utama dalam diskusi ini adalah kurangnya sumber daya modal dan finansial. Kedua, kurangnya insentif finansial. Ketiga, ketidakpastian politik. Keempat, kurangnya rencana investasi jangka panjang. Kelima, risiko dan peluang proyek.
CASE Project Manager Asia Tenggara – GIZ Energy Program Indonesia/ASEAN Deni Gumilang mengatakan institusi pemerintah masih perlu diyakinkan untuk berinvestasi pada proyek energi terbarukan di Indonesia karena dianggap memiliki risiko investasi dengan jangka waktu pengembalian (payback period) yang panjang.
“Untuk membuka investasi pada proyek energi terbarukan, Indonesia harus menerapkan alat pengurangan risiko, khususnya pengurangan risiko politik, yang sejalan dengan pengurangan risiko keuangan dengan meningkatkan peran sektor swasta,” kata Deni dalam pidatonya, Minggu. 15/09/2024).
Ia juga menambahkan, investasi pada sektor swasta sangat penting untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris, khususnya di bidang energi yang diharapkan mencapai 80-85 persen. pembiayaan yang dibutuhkan akan berasal dari kredit sektor swasta.
“Pemerintah memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan kerangka kebijakan yang mengurangi risiko investasi tersebut,” kata Deni.
Meningkatkan pembiayaan berkelanjutan untuk proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia akan mengubah pasokan dan permintaan energi terbarukan seiring dengan berkurangnya ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk memenuhi target pengurangan emisi berdasarkan Peta Jalan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal.
Meskipun pangsa energi terbarukan hanya akan mencapai 13,1% pada tahun 2023, operator harus terus mendukung proses menuju kemandirian.
Kepala Angkatan Transisi Energi KADIN Antony Utomo mengatakan peluang investasi dalam pengembangan energi terbarukan sangat besar, namun tantangan dalam regulasi, biaya dan persaingan dengan dukungan energi fosil terus menghambat peluang ini.
“Untuk mengatasi tantangan tersebut, kami memiliki tiga tindakan bagi pemilik usaha untuk mendukung sektor swasta dalam transisi energi, yaitu mengembangkan industri hijau, meningkatkan kapasitas energi terbarukan, dan mengembangkan sistem distribusi energi yang dapat diterapkan pada area terlarang. listrik,” jelas Antony.
Selain pendanaan, dukungan teknis dan peningkatan kapasitas juga menjadi kunci keberhasilan transisi energi Indonesia.
Project Manager CASE Southeast Asia Essential Services Reform (IESR) Institute, Agus Tampubolon menjelaskan, pengembangan keterampilan pekerja sangat penting untuk beradaptasi dengan teknologi baru yang akan digunakan di sektor energi bahkan industri.
“Teknologi energi terbarukan akan terus berkembang untuk mendukung transisi energi Indonesia. Dukungan finansial dan hukum sangat penting agar lebih banyak orang dapat memperoleh manfaat dari teknologi energi terbarukan ini dengan biaya yang wajar.
“Selain itu, ke depan kita juga perlu mempertimbangkan peningkatan keterampilan masyarakat untuk memastikan mereka dapat memasuki sektor pekerjaan ramah lingkungan yang terbuka terhadap transisi energi,” kata Agus.
Foto: Forum Pekan Energi Berkelanjutan Indonesia (ISEW) 2024.