Lemah, Intelijen Israel Tak Tahu Keberadaan Sandera di Gaza, Operasi Militer Khusus IDF ‘Kosongan’

Intelijen Israel mengenai data sandera di Gaza lemah, tidak ada kaitan dengan operasi pasukan khusus IDF 

TRIBUNNEWS.COM – Israel tidak memiliki informasi mengenai keberadaan sandera di Gaza, situasi yang sangat mempengaruhi operasi militernya, media resmi Israel, KAN, melaporkan Rabu (4/12/2024).

Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengatakan, “Hampir 14 bulan telah berlalu sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 oleh kelompok Palestina Hamas, pasukan Israel belum dapat menentukan di mana para sandera ditahan di Gaza.”

Kurangnya informasi dan intelijen telah membentuk sifat operasi udara dan darat di wilayah tersebut, dan sumber-sumber militer menyatakan keprihatinan atas kemungkinan melukai sandera secara tidak sengaja, tambah laporan itu.

Artinya, operasi militer khusus yang dilakukan oleh IDF mungkin memiliki atau tidak memiliki informasi apapun tentang keberadaan para sandera.

Hal ini menjelaskan mengapa serangan Israel justru membunuh sandera di tangan Hamas.

Operasi militer tersebut dibatasi oleh kurangnya informasi intelijen yang dapat ditindaklanjuti terhadap para sandera, kata stasiun televisi tersebut, mengutip pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya.

Kelemahan kemampuan intelijen Israel ini terlihat jelas dalam operasi militer baru-baru ini, di mana kekhawatiran atas keselamatan para sandera telah menyebabkan penyesuaian taktik operasional, tambah para pejabat dalam laporan tersebut. Sandera Israel Idan Alexander putus asa karena masih ditahan Hamas di Jalur Gaza. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, merilis video Idan Alexander melalui akun Telegramnya pada Sabtu (30/11/2024). (Brigade X/Telegram/Al-Qassam)

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kepemimpinan politik mengamati bahwa Hamas telah memerintahkan para pejuangnya untuk membunuh para sandera jika pasukan Israel mendekati posisi mereka.

Pada hari Rabu, Israel mengumumkan pemulihan jenazah sandera dari Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa jenazah sandera ditemukan “dalam operasi khusus terhadap jenazah seorang tahanan Israel yang diculik pada 7 Oktober 2023 dan dibunuh saat ditahan di Gaza.”

“Dalam operasi khusus, kami menemukan jenazah tahanan Itai Svirsky, yang diculik dari Kibbutz Beri pada 7 Oktober dan dibunuh di penangkaran oleh Hamas pada Januari 2024,” kata Netanyahu dalam pernyataan internasional pertama Komite Palang Merah di Israel. Gaza pada 24 November 2023. Menampilkan sandera yang dibawa pergi. Setelah 48 hari penembakan dan penembakan yang menewaskan ribuan orang, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, sekitar tujuh hari setelah penangkapan mereka, beberapa minggu setelah kedua belah pihak (Foto oleh Alex Mita / Hamas Kantor Media / AFP) (AFP/Alex Mita) masih di tangan Hamas. sandera

Sejak penemuan tersebut, menurut perkiraan Israel, sekitar 100 sandera diyakini masih ditahan di daerah kantong tersebut.

Sebelumnya pada hari itu, militer Israel mengatakan enam sandera tewas di Khan Younis dalam serangan udara pada bulan Februari, mengklaim bahwa mereka dibunuh oleh penculiknya.

Mayat mereka ditemukan pada bulan Agustus dalam operasi gabungan dengan badan keamanan Israel Shin Bet.

Menanggapi temuan ini, Forum Keluarga Sandera dan Hilang mengeluarkan pernyataan.

Dia berkata, “Hati warga Israel tidak dapat lagi menahan rasa sakit dan penderitaan yang tiada akhir. Investigasi militer menekankan pentingnya memulangkan semua sandera.”

Pada hari Senin, Hamas mengatakan 33 sandera Israel telah terbunuh, sebagian besar dari mereka terbunuh selama serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada Oktober 2023, menewaskan lebih dari 44.530 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 105.500 orang.

Tahun kedua genosida di Gaza telah menuai kecaman internasional, dimana para pejabat dan organisasi mengutuk serangan tersebut dan memblokir pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi.

Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikannya di Gaza.

 

(oln/ANews/Khbrn/*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *