Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus penganiayaan yang dilakukan anak seorang tukang roti di kawasan Cakung, Jakarta Timur menjadi perbincangan.
Hal ini pun menarik perhatian Penasihat Kompol Andi Gani Nena Wea yang mengaku geram melihat penganiayaan yang dilakukan GSH kepada pegawainya dengan memulai DA seperti dalam video viral tersebut.
Pekerja itu hanya mencari nyawanya dan disiksa. Tentu ini sangat merugikan keadilan, kata Andi Gani kepada wartawan di Jakarta, Minggu (15/12/2024).
Untuk itu, Andi Gani meminta Polda Metro Jaya menyikapi masalah tersebut secara efektif serta menangkap dan melindungi pelakunya.
Kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Timur dua bulan lalu.
Namun tidak ada kemajuan meski bukti videonya jelas.
“Tindakan ini tidak bisa diterima karena sangat menghina harkat dan martabat manusia,” ujarnya.
Di sisi lain, Andi Gani yang juga Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengaku ingin memberikan bantuan hukum kepada para korban bencana.
Ia pun mengaku sempat berbicara dengan petugas polisi menanyakan proses penyidikan yang sudah berjalan selama dua bulan.
Sebagai informasi, peristiwa dugaan penganiayaan ini viral di media sosial.
Saat itu bergabunglah seorang pria gemuk yang sedang marah pada wanita tersebut.
Bahkan, pria tersebut melemparkan beberapa barang ke arah korban, antara lain mesin EDC dan bangku.
Pelecehan ini telah dilaporkan ke otoritas pemerintah namun tidak ada kemajuan dalam dokumen ini.
Polisi kemudian mengaku menindaklanjuti laporan tersebut dengan memeriksa saksi dan mengumpulkan bukti.
Alhasil, polisi meningkatkan status kasus penganiayaan tersebut dari penyidikan ke penyidikan.
Hal ini terjadi setelah penyidik mengusut kasus tersebut dan menemukan pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut.
Dalam kasus ini, Jaksa membenarkan bahwa aksi penganiayaan yang dilakukan GSH sudah berulang kali terjadi.
Hal ini membuatnya tidak bisa bertahan hingga ia melapor ke polisi.
Jaksa juga mengungkapkan bahwa GSH mengatakan dia tidak bisa dikirim ke penjara.
Sebelum kejadian ini terjadi, mereka melemparkan meja ke arahku, tetapi dia tidak memukulku dan menyebutku miskin dan miskin, dia memandangku dan keluargaku dengan buruk. Dia berkata: ‘Kalian orang-orang miskin, pergilah. Tidak bisa memenjarakan saya, saya kebal hukum,” kata Jaksa saat dihubungi, Minggu (15/12/2024).
Kemudian kejar-kejaran pun memuncak pada Kamis (17/10/2024).
Saat itu, pelaku meminta korban untuk memberikan makanannya.
Namun DA menolak permintaan tersebut karena sedang bekerja. Apalagi permintaan itu bukan bagian dari tugasnya dan sudah ada kesepakatan dengan saudara laki-laki si pembunuh jika dia tidak mau menuruti perintah GSH.
Bahkan, GSH juga menelpon ibunya yang merupakan bos korban tentang penolakan tersebut.
Saat itu, ibu GSH bahkan mendukung orang yang dirampok dan memintanya untuk mengambil sendiri makanannya.
Namun, saat itu prajurit tersebut menjadi gila dan berbuat jahat.
Almarhum terlempar menggunakan berbagai benda termasuk kursi hingga menyebabkan kepalanya terjatuh.
“Akhirnya setelah saya menolak berkali-kali, dia marah dan melemparkan saya beberapa kali ke atas batu, kursi, meja, mesin bank dan benda-benda lain yang kemudian dilempar oleh si pembunuh ke arah saya dan menyentuh tubuh saya,” ujarnya.
“Setelah saya dilempar ke sana, si pembunuh menangkap saya dan menyuruh saya pulang, tetapi tas dan ponsel saya tertinggal. kursi beberapa kali, akhirnya saya kabur dan dikurung dan tidak bisa kemana-mana,” imbuhnya.
Selain dia, DA juga menyebut ada korban lain yang juga merupakan pekerja yang juga diperlakukan serupa oleh GSH.
Bahkan, ada pula yang memilih berhenti bekerja.
Untuk itu, Kejaksaan meminta agar permasalahan ini segera diselesaikan oleh pihak kepolisian agar berdampak pada GSH dan tidak merugikan orang lain.