TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seniman kawakan Yos Suprapto menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional, kawasan Gambir, Jakarta bertajuk “Tempat Kebangkitan Pangan Nasional”.
Mengenai tema pameran kali ini, Yos Suprapto mengatakan, hal tersebut merupakan hasil penelitiannya selama 15 tahun terakhir yang menemukan bahwa kedaulatan pangan Indonesia ada di tangan asing.
“Produksi pangan Indonesia masih sangat bergantung pada lahan, dan lahan mengalami kerusakan parah akibat interaksi dengan pupuk sintetis,” kata Yos saat membuka pameran tunggalnya, Selasa, 17 Desember 2024.
Yos mengatakan, pangan merupakan kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia.
Yos Suprapto mengatakan, “Bagaimana jika kebutuhan pangan kita ditentukan oleh orang asing. Bagaimana jika orang asing mendiktekan setiap aspek kehidupan kita kepada orang asing, termasuk peradabannya.” Seniman kawakan Yos Suprapto (kanan) dan Direktur Galeri Nasional Jarot Mahendra saat membuka pameran tunggal bertajuk Kebangkitan Pangan Nasional di Galeri Nasional Gambir, Jakarta, Selasa, 17 Desember 2024.
Menurut dia, tujuan diselenggarakannya pameran independen ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembalikan kedaulatan pangan negara. Saat ini, logistik makanan kami dikendalikan oleh pihak ketiga.
“Saya mendorong generasi muda untuk menjadi petani, bahkan di perkotaan. Hakikat hidup adalah kemampuan memenuhi kebutuhan lambung,” kata Yos. Pengetahuan tentang masalah sosial, lingkungan dan politik
Yos Suprapto merupakan seniman Indonesia yang terkenal dengan karya-karyanya yang berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan serta perkembangan baru situasi politik nasional.
Dengan suksesnya pameran tersebut, Yos pun tak pernah lepas dari permasalahan sosial. Pada tahun 1994, ia mengangkat isu lingkungan dalam pameran tunggalnya “One with Nature” di Taman Ismail Marzouki.
Pada tahun 2001, ia meluncurkan kembali pameran tunggal di Galeri Nasional bertajuk Barbárie: A Jornada dos Filhos da Nação, kritik terhadap budaya kekerasan dalam realitas nasional kontemporer. Seniman kawakan Yos Suprapto (tengah) dan Direktur Galeri Nasional Jarot Mahendra (kiri) saat jumpa pers pembukaan pameran tunggal bertajuk Kebangkitan Pangan Nasional di Galeri Nasional Gambir, Jakarta, Selasa, 17 Desember 2024.
Pada tahun 2005, ia kembali mengangkat isu sosial, kali ini mengkritik korupsi di kalangan elite birokrasi, dengan pameran tunggal di Galeria Thembi Yogyakarta bertajuk The Long Republic.
Yos juga pernah mengikuti pameran bersama mengenai isu-isu sosial, seperti pameran “Mata Hati Demokrasi” di Taman Budaya Surakarta pada tahun 2002.
Pada tahun 2017, dilakukan pengkajian mendalam terhadap perjalanan budaya Yos, khususnya budaya bahari, seperti “Arus Balik Chakrawala” yang dipajang di Galeri Nasional.
Yos mempertahankan estetika garis, warna, dan gaya dalam setiap lukisannya.
Kali ini Yos menunjukkan kepiawaiannya mengembangkan gambar realistik pada karya yang dipamerkan di Galeri Nasional. Salah satu lukisan Yos Suprapto dalam pameran tunggal di Galeri Nasional Gambir, Jakarta, dibuka pada Selasa, 17 Desember 2024.
The Refuge berawal dari tradisi realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi, dengan simbolisme surealis yang mengingatkan pada sapuan kuas seniman Yogyakarta pada tahun 1980-an.
Lukisannya mengungkapkan komentar dan kritik sosial melalui bahasa simbolik.
Permainan warna linier menjadi ciri lukisan Yos yang sangat provokatif. Nuansa hitam, merah, biru, aneka hijau, coklat, kuning, ungu, oranye dan putih.
Warna-warna ini secara visual kuat dan keras, dan jika ditempatkan bersebelahan, warnanya tampak tegang, tidak lembut atau tegang.
Ada tema sosial, politik, budaya, ekologi, kemanusiaan, dan lain sebagainya yang menjadi komponen utama kehidupan di negeri ini. Tertarik melukis sejak SMA di Bandung, ia bertemu VS Rendra di Yogya
Yos Suprapto terjun ke dunia seni rupa ketika ia masih duduk di bangku SMA ketika orang tuanya menitipkannya kepada keluarga ibunya di Bandung untuk menjadi pelukis potret di Bandung.
Keinginannya untuk melukis terinspirasi dari kakak laki-laki nenek Yos yang merupakan seorang seniman musik dan kartun yang sangat dekat dengan Ir semasa hidupnya. Soekarno, Presiden Republik Indonesia, saat itu menjadi pemimpin pergerakan Indonesia di Bandung.
Suatu hari, Yos menyuruh neneknya melukis potret kakaknya. Hasilnya memuaskan dan Yos dihadiahi kuas dan kanvas beserta cat minyak milik kakeknya.
Subjek potret pertamanya adalah istri Kolonel Pardjo, kepala Departemen Pertahanan dan Keamanan, yang merupakan direktur Akademi Militer Magalhães. Gedung Galeri Nasional Jakarta, tempat pameran tunggal beberapa lukisan karya Yos Suprapto, dibuka pada Selasa, 17 Desember 2024.
Diakui Yos, saat itu ia dibayar mahal atas jasanya. Yos mengirimkan uang tersebut kepada ibunya di Surabaya untuk membiayai pendidikan saudara-saudaranya.
Yos Suprapto lulus dari SMAN 6 Bandung dengan prestasi akademik lebih baik dan nilai memuaskan. Pamannya Yos diharapkan melanjutkan studinya di Jerman.
Pamannya memberinya uang untuk pergi ke Jerman untuk belajar di Jerman, namun Yos malah merantau ke Yogyakarta.
Di kota pelajar ini, ia bertemu banyak orang miskin.
Sebagian uang pemberian pamannya ia sumbangkan kepada orang-orang miskin yang ditemuinya di Yogya, hingga ia tidak mampu bersekolah di Jerman.
Selama di Yogya, Yos bertemu dengan penulis Puthu Vijaya, VS Rendra dan beberapa seniman. Setelah hidup sebagai gelandangan di kota, Yos memutuskan untuk kuliah di ISi di Yogyakarta pada tahun 1970-an.
Yos bertemu dengan maestro pelukis Afandi dan mendapat banyak komentar mengenai teknik melukis.
Afandi bercerita, menjadi seniman itu mudah, namun untuk menjadi seniman harus mampu menyerap nilai-nilai kehidupan.
“Saya berangkat kuliah di pagi hari dan keluar serta berpesta bersama VS Rendra dan banyak seniman anarkis lainnya,” katanya.
Yos beberapa kali berbincang dengan mereka dan menjadi inspirasi yang sangat mempengaruhi alur kehidupan sang pelukis. Dua dari rangkaian lukisan karya Yos Suprapto dipamerkan dalam pameran tunggal di Galeri Nasional Jakarta, dibuka pada Selasa, 17 Desember 2024.
Jarot Mahendra, Direktur Galeri Nasional, mengaku senang menjadi tuan rumah pameran tunggal Yos Suprapto.
Pameran ini didukung oleh sang maestro seniman dan merupakan pameran ketiga Yos Suprapto setelah pameran tunggal pada tahun 2001 dan 2017, kata Jarot.
Menurut Jarot, topik yang dibahas kali ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kita dalam memulihkan kondisi tanah kita dengan sumber daya yang ada dan hampir tanpa biaya.
Dengan cara ini, ada upaya untuk mencapai kedaulatan pangan. Sejak pandemi, minat masyarakat untuk berkebun semakin meningkat, kata Jarot.
Sebagai seorang seniman, Yos Suprapto selalu menghadirkan luapan pemikiran yang menarik, menurut Suwarno, mahasiswa pascasarjana Institut Seni Yogyakarta Indonesia.
Ekspresi dalam karya-karya Yos mengandung berbagai kesan dan pesan, bersifat langsung dan kuat, namun juga lembut dan simbolis. Singkatnya, kumpulan karya Yos Suprapto memuat gejolak seluruh dimensi kehidupan Indonesia, ujarnya.
Dalam pameran kali ini Yos ingin menghadirkan narasi visual. Ibarat novel, mengalir bagai gelombang warna yang mengajak imajinasi kita untuk berkisah.
Pada pembukaan pameran tunggalnya, Yos mendemonstrasikan bahwa tanah yang terkontaminasi unsur pupuk kimia tidak dapat menghantarkan listrik melalui deretan bola lampu.