Wartawan Tribunnevs.com Fransiskus Adhijuda melaporkan
TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus salah satu pendiri FPCI, prof. Devi Fortuna Anwar menilai Presiden Indonesia, Prabowo Subjanto, telah mengambil kebijakan hubungan luar negeri yang independen dan aktif.
Berbeda dengan kebijakan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Yokowi) yang kurang tertarik pada isu-isu internasional, kecuali terkait perekonomian.
Demikian disampaikan Devi Fortuna Anwar dalam diskusi Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2024 bertema “Tantangan, Resiko, dan Peluang Lanskap Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Bawah Presiden Prabowo” di Casablanca Hall, Jakarta, Sabtu (30/11 ) . /2024).
Makanya saya perhatikan, sejak pertama kali diumumkan sebagai pemenang, sebelum dilantik, hingga diangkat menjadi presiden, dia mengunjungi 17 negara. Dan ketika dilantik, ia mengunjungi berbagai negara.
“Ada kunjungan bilateral, kunjungan peserta G20 dan sebagainya,” kata Dewey.
“Jadi ini menunjukkan bahwa kebebasan aktif sebenarnya lebih aktif.” Dan presiden secara pribadi berperan aktif, tidak hanya di tingkat birokrasi saja, lanjutnya.
Devi juga menyoroti serangkaian opsi kunjungan Presiden Prabov ke negara tersebut, yang bisa dikatakan saling mengimbangi antara satu opsi dengan yang lain.
“Ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak mau memihak. “Misalnya kunjungan pertama ke Beijing saat dia baru diumumkan sebagai pemenang,” ujarnya.
“Terus ada yang bilang, apakah Indonesia semakin dekat dengan Republik Rakyat Tiongkok?” Namun setelah selesai dari Beijing, ia langsung terbang ke Tokyo. Nah, Tokyo selain menjadi mitra ekonomi jangka panjang Indonesia, juga merupakan bagian dari aliansi Amerika Serikat. Oleh karena itu, dia adalah sekutu militer Amerika Serikat.”
“Jadi itu menunjukkan ada keseimbangan yang terjaga,” jelasnya.
Apalagi setelah meninggalkan Beijing, Presiden Prabovo melanjutkan kunjungannya ke Washington.
“Jadi saya kira ini bisa kita katakan bukan hanya bebas dan aktif, tapi mungkin bebas dan hiperaktif,” ujarnya.
Namun ia meyakini tantangannya adalah sejauh mana kunjungan Prabov ke beberapa negara dapat berdampak pada Indonesia di masa depan.
“Tantangan ke depan apakah hanya sekedar kehadiran atau sekedar politik atau memberikan dampak yang lebih positif,” harapnya.