Pembentukan Pansus Haji Dinilai Bernuansa Politis, Ini Pandangan Pengamat

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Jaringan Sipil Muslim (JMM) menilai pembentukan panitia khusus (Punsus) DPR RI terkait penyelenggaraan haji 2024 membawa implikasi politik dan jauh dari semangat mendekatkan aspirasi. Masyarakat hendaknya meningkatkan penyelenggaraan haji.

Hal ini diungkapkan CEO JMM Sukron Jamal.

“Pembentukan Pansus Haji 2024 lebih memiliki kepentingan politik dibandingkan kepentingan umat dalam hal tata kelola untuk perbaikan penyelenggaraan haji ke depan,” ujarnya di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (9/ 8). /2024).

Menurut dia, Pansus Haji 2024 yang dikabarkan menemukan berbagai kendala terkait pelayanan jemaah haji selama DPR baru beberapa hari berada di Mekkah, justru terbantahkan dengan beberapa pernyataan jamaah. Siapa yang merasa mereka dirawat dengan lebih baik.

“Memang ada beberapa kasus yang terdeteksi tim pemantau di lapangan, namun tentu saja tidak mewakili keseluruhan,” ujarnya.

Berdasarkan keterangannya di lapangan pada penyelenggaraan ibadah haji 2024, Syukron menyampaikan beberapa poin penting terkait suksesnya penyelenggaraan haji 2024.

Diantaranya adalah keberhasilan pemerintah meningkatkan jumlah kuota dari 221.000 menjadi 241.000 (meningkat 20.000) sebagai dampak dari tekanan yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap pemerintah Arab Saudi, khususnya pada saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Arab Saudi. Pada bulan Oktober 2023.

“Di Bandara Soekarno-Hatta telah terjadi kemajuan dalam penyediaan layanan bagi jamaah haji baik akomodasi, transportasi, dan konsumsi, antara lain kebijakan fast track atau verifikasi dokumen yang memadai bagi jamaah haji, dukungan layanan haji berbasis aplikasi digital seperti Hajj Escort. Sektor, skema Murur dan Tanazul hingga puncak Haji Armujna (Arafa, Muzdalifa) berkembang dengan lancar dan sukses.

“Jadi kalau ditanya jamaahnya secara umum, pelayanan haji tahun 2024 sudah optimal hampir di semua bidang, seperti akomodasi yang baik di hotel dengan fasilitas yang mendukung, makanan dengan menu yang sesuai selera orang Indonesia, pelayanan transportasi bus salat yang bisa digunakan jamaah selama ini. atau setelah puncak haji,” jelas Sucron.

Menurut dia, dalam situasi seperti itu di lapangan, tim DPR terus mencari kesalahan di luar teknis pelaksanaan, khususnya terkait pembagian tambahan kuota sebesar 20.000 oleh Menteri Agama Yakut Cholil Qemas yang kemudian dibayarkan biaya tambahan tersebut. oleh pemerintah Indonesia. Hal itu diterima saat proses penyelenggaraan haji 2024 sedang berlangsung.

“Pasal 9 UU Nomor 8 Tahun 2019 menyebutkan, pemberian tambahan kuota diatur oleh Menteri Agama. Tambahan kuota tersebut dialokasikan 10.000 untuk jemaah haji reguler dan 10.000 untuk jemaah haji khusus. “Nanti dipertanyakan, kemudian dibentuk pansus,” kata Sucron.

Menurut Syukron, jika yang dipermasalahkan adalah pembagian tambahan kuota, Kementerian Agama (Kemenag) sudah menyampaikan beberapa pertimbangan, seperti kapasitas atau potensi di Mina, sebenarnya penambahan kapasitas dan ketentuan teknis lainnya akan disalurkan ke DPR. tim. Pertanyaan dibuat. Terkait dengan haji. Layanan Peziarah.

Pertama, RPD Timwa yang dipimpin Kak Imim (Muhaimin Iskandar) menemukan beberapa kasus kecil pengaduan kelebihan kapasitas jemaah di tenda Mina, kemudian menyoroti pelayanan menu konsumsi, akomodasi, dan transportasi yang kemudian dibantah. Berdasarkan fakta di lapangan dan keterangan jamaah, perwakilan masyarakat kemudian menyikapi celah hukum tersebut dengan menanyakan secara khusus persoalan pembagian biaya tambahan jemaah haji. Pengalihan 50 persen biaya tambahan yang dilakukan Kementerian Agama kepada jemaah haji khusus “seharusnya diselesaikan dengan sidang (RDP),” ujarnya.

Meski begitu, JMM menyebut Sucron menghormati langkah politik DPR yang membentuk Pansus Haji 2024 meski saat ini harus berpacu dengan waktu karena mandatnya akan segera berakhir.

JMM berharap Panitia Khusus Haji 2024 dapat diselenggarakan secara terbuka sehingga masyarakat dapat memantau langsung dan berada pada jalur yang tepat dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji yang lebih baik.

“Karena Panitia Khusus Haji 2024 sudah terbentuk dan harus dilaksanakan, mari kita tunggu dan pantau prosesnya hingga selesai secara jujur, adil dan transparan. Kami atas nama JMM bersedia melakukan pengawasan dan pengawasan. Kerja Pansus,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *