Pertumbuhan Ekonomi, Stafsus Presiden Ingatkan Dampak Sampah Plastik Terhadap Lingkungan

Laporan jurnalis Tribunnews.com Franciscus Adiuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Staf khusus Presiden Diaz Hendroprion menilai generasi muda memiliki peran penting dalam menciptakan inovasi ramah lingkungan.

Terlebih lagi, inovasi ramah lingkungan merupakan jawaban terhadap tantangan bahwa Indonesia harus sadar akan dampak lingkungan dari pertumbuhan ekonomi yang dinikmati selama ini. 

Hal itu disampaikan Diaz pada pembukaan acara ASEAN+ Youth Environmental Action (AYEA) di Universitas Budi Luhur, Jakarta (27 Juni 2024).

“Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, kita juga harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, misalnya dengan meningkatnya sampah,” kata Diaz.

Diaz mengatakan, kebutuhan plastik sekitar 4,8 juta ton pada tahun 2017 dan akan meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun depan. Sebagian besar plastik ini berakhir sebagai sampah. 

Ia melihat sendiri TPA Bantar Gebang setiap harinya menghasilkan 7.500 ton sampah baru yang sebagian besar merupakan sampah plastik. Selain itu, sampah plastik tidak dibuang dengan benar.

Oleh karena itu, Diaz berharap generasi muda khususnya perwakilan dan mahasiswa AYEA mampu menciptakan inovasi-inovasi yang berguna untuk menjaga lingkungan. 

“Saya menulis buku tentang perjalanan saya selama dua tahun melihat inovasi lingkungan yang terjadi di Indonesia. Saya berharap Universitas Budi Luhur dan perwakilan mahasiswa asing dapat mendorong inovasi untuk membangun solusi dan menggabungkannya dengan aspek komersial,” kata Diaz.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rethno Marsudi dalam video pidatonya menyoroti peran pemuda ASEAN dalam berpartisipasi aktif dalam isu lingkungan hidup.

Ia menjelaskan secara gamblang bahwa generasi muda dapat memainkan peran penting dalam tiga hal. Pertama, berpartisipasi aktif dalam mempengaruhi kebijakan dan kesadaran masyarakat. Kedua, kerja sama yang sehat yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi energi. Ketiga, kreativitas dan pemikiran kritis generasi muda diperlukan untuk menciptakan inovasi dan solusi terhadap perubahan iklim.

Bonus demografi ini harus kita manfaatkan untuk mendukung perekonomian sekaligus mendorong kebijakan lingkungan hidup dan menjaga negara, kata Retno dalam pidatonya.

Senada dengan pernyataan tersebut, Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia, Fekadu Beyen Aleka, juga menyampaikan pentingnya peran pemuda dalam perlindungan lingkungan.  

“Generasi muda berperan penting dalam mengadvokasi kebijakan perubahan iklim, mengadopsi praktik berkelanjutan, dan mendorong inovasi untuk masa depan yang lebih hijau,” jelas Fekadu.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Tri Purnajaya, akademisi Gracia Paramita dan aktivis muda lingkungan Ashnina Azhra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *