TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman telah menghancurkan sejumlah drone MQ-9-Reaper milik Amerika Serikat yang menelan biaya puluhan juta dolar.
Terakhir kali Houthi menembak jatuh MQ-9 Reaper adalah pada Sabtu (14/9/2024) lalu.
Saat itu, drone tersebut sedang melakukan operasi intelijen di wilayah Marib di Yaman tengah.
Awalnya, militer AS menolak mengonfirmasi kehancuran drone tersebut. Namun Kementerian Pertahanan kemudian mengatakan kepada media bahwa MQ-9 telah diserang.
“Dia diserang, tapi dia mendarat dengan selamat dan dievakuasi pada 9 September oleh pasukan Amerika lainnya,” kata pejabat itu.
Amerika Serikat tidak memberikan rincian di mana pesawat itu jatuh, siapa yang menemukannya, dan bagaimana situasinya.
Media Rusia bernama Sputnik menyebutkan bahwa Houthi menyerang drone senilai 32 juta dolar atau hampir setengah triliun Rupiah itu sebagai “lalat ngobrol”.
Berikut rincian MQ-9 Reaper yang menembak jatuh Houthi.
– Pada tanggal 4 Agustus, Houthi meledakkan situs Reaper di kota barat laut Saada di Yaman.
Tim tersebut menggunakan sistem pertahanan Soviet 2K12 Kub yang ditingkatkan untuk menembaki Reaper. Kub digunakan untuk meluncurkan rudal anti-rudal Fater-1 milik Houthi.
– Pada tanggal 29 Mei, Houthi menghancurkan Bear-Reaper yang mungkin dimiliki oleh CIA. Houthi telah mengunggah video pejuang mereka menerbangkan drone di atas Marib.
– Pada tanggal 24 Mei, Houthi menembak jatuh Reaper di Sana’a, ibu kota Yaman.
– Pada tanggal 17 Mei, Reaper lainnya dijatuhkan di Joithi di Marib.
– Pada tanggal 27 Mei, Houthi menembak jatuh sebuah pesawat MQ-9 di wilayah Saada di barat laut Yaman.
– Pada tanggal 19 Februari, Beer-Reer dihancurkan di kota Al-Hudaydah di sebelah barat Yaman.
– Pada tanggal 8 November 2023, Houthi menembak jatuh Reaper di Laut Merah.
– Houthi juga melarang penggunaan tiga Reaper antara tahun 2017 dan 2019 ketika AS mencoba membantu koalisi mengusir Houthi. Reputasi Amerika bisa rusak
Pakar politik Universitas Mardin Artuklu, Dr. Mehmet Rakipoglu mengatakan banyaknya drone AS yang ditembak jatuh oleh Houthi semakin merusak reputasi militer AS.
“Penghancuran pesawat lain dapat berdampak negatif terhadap reputasi militer dan industri AS di panggung internasional,” katanya kepada Sputnik.
“Kepercayaan terhadap efektivitas teknologi pertahanan dan kemampuan militer AS bisa menurun. Hal ini dapat membuat calon konsumen sektor militer dan ekspor teknologi AS khawatir akan kegagalan produk AS di lapangan.
Selain itu, keberhasilan serangan Houthi terhadap drone AS dapat mengancam keberlanjutan operasi AS di Timur Tengah.
“Ini mengancam kepentingan regional dan global Amerika Serikat dalam jangka panjang,” ujarnya.
Rakipoglu mengatakan Amerika Serikat saat ini berada dalam situasi sulit dalam perang melawan Houthi.
Negara ini enggan untuk tetap terlibat dalam konflik di Timur Tengah karena takut memicu perang regional besar-besaran melawan sekutunya, Iran. Namun, kata Rakipoglu, Amerika Serikat juga tidak bisa pergi tanpa merasa malu.
Pakar Turki mengatakan bahwa Houthi telah menunjukkan bahwa mereka mampu melawan salah satu teknologi tercanggih Amerika.
“Peralatan buatan dalam negeri dan murah yang digunakan oleh Houthi dapat menimbulkan kerugian besar bagi Amerika Serikat, yang biaya militernya mencapai miliaran dolar. Hal ini tidak hanya akan menimbulkan masalah ekonomi, tetapi juga menimbulkan masalah strategis.”
Kemenangan Houthi dalam perang melawan kekuatan Barat yang dipimpin Amerika Serikat disebut-sebut telah membalikkan wajah Amerika Serikat dan sekutunya.
Pada Jumat pekan lalu, mantan komandan angkatan laut Inggris, Tom Sharpe, mengakui bahwa Barat gagal membuat Houthi bertekuk lutut.
“Kita sudah menghabiskan miliaran dolar namun kita belum menang. Ini adalah masalah nyata,” kata Sharpe.
(Berita Tribune/Februari)