DPR Kembali Singgung Sosok Diduga Beking Korupsi Tambang Timah yang Belum Tersentuh, Apakah RBS?

Laporan dari reporter Tribune News.com Egman Ibrahim

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus mega korupsi PT Timah Tibik yang merugikan negara Rp 271 triliun antara tahun 2015 hingga 2022 masih belum selesai.

Salah satu pelakunya merupakan pendukung penambangan timah di Indonesia, namun dianggap tak tersentuh.

Babak ini kembali disinggung oleh Anggota Komisi III DPR RI Benny K. Harman dalam workshop yang digelar Menteri Kehakiman RI ST Burhanuddin bersama Komisi III DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu. (4/9/). 2024)

Namun, dia menolak membeberkan angka tersebut, yang masih belum tersentuh.

“Ada satu soal (Pidana-Red) yang belum Saudara sentuh. Kami tunggu Saudara selesaikan sebelum tanggal 20 Oktober,” kata Benny dalam acara tersebut.

Politisi Partai Demokrat itu pun paham, dia menangkap pria tersebut bukan karena punya kekuasaan besar.

Meski demikian, ia selalu berharap Menteri Kehakiman berani mengadili pelaku kejahatan.

“Setiap malam saya nyalakan lilin keadilan, semoga Jaksa Agung sehat dan saya berani menyentuhnya. Itu yang kita tunggu,” jelasnya.

Meski demikian, Bini tetap mengapresiasi tindakan Menteri Kehakiman yang berani mengungkap korupsi timah. Faktanya, belum ada aparat penegak hukum yang berani mengusut.

“Yang Timah tumbang berkali-kali. Komisi Pemberantasan Korupsi tumbang, Kejaksaan Agung tumbang, bahkan polisi pun tumbang, tapi Anda melakukannya di waktu Anda. Dan saat itu Anda khawatir. Anda punya itu , kamu dikepung.

Bini berharap Menteri Kehakiman nantinya menyampaikan kepada masyarakat mengenai tekanan mengusut kasus ini.

Apalagi korupsi sudah diketahui sejak lama, dan ada oknum yang menghalangi terungkapnya hal tersebut kepada penegak hukum.

“Kasus ini sudah didukung sejak lama. Kamu masih istimewa, kamu punya bakat, saya ingin mempelajarinya. Mungkin suatu saat kamu bisa bilang padaku bahwa kamu punya keberanian yang luar biasa,” jelasnya. .

Koordinator Persatuan Pemberantasan Korupsi Indonesia (MAKI) Boymin Saiman membeberkan gambaran operator mental kasus korupsi timah.

Gambar tersebut memperlihatkan inisial RBS yang masih belum disebutkan namanya.

RBS muncul akibat gugatan publik Boyamini ke Kejaksaan Agung dengan tuduhan dugaan keterlibatan PT Timah dalam korupsi.

“RBS diduga terlibat dalam perintah Harvey Moyes dan Helena Lim untuk mengambil keuntungan dari korupsi dengan menggunakan ruang CSR. RBS diduga sebagai penerima manfaat resmi dari perusahaan pertambangan timah ilegal tersebut dan harus diadili dengan ketentuan sebagai berikut. berkomitmen untuk menyita semua aset mereka.”

Menurut Boyamin, sosok RBS itu kini diduga kabur ke luar negeri.

Oleh karena itu, penting untuk menetapkan RBS sebagai tersangka agar bisa masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

“RBS saat ini diduga telah melarikan diri ke luar negeri, sehingga sangat penting untuk mengidentifikasi tersangka, mengeluarkan buronan polisi internasional dan red notice Interpol untuk menangkap RBS,” kata Boyamin.

Sementara itu, Kejaksaan sudah memeriksa RBS yang diduga terlibat dalam penuntutan dua tersangka kasus korupsi timah.

Mereka adalah suami artis Sandra Dewey, Harvey Moes dan crazy rich PIK, Helena Lim dalam kasus korupsi PT Timah Tbk tahun 2015-2022.

RBS disebut-sebut sebagai penerima manfaat sebenarnya atau resmi dari penambangan timah ilegal melalui perantara Harvey.

“Saat ini kami sedang menyelidiki RBS,” kata Kuntadi kepada wartawan, Senin (4/1/2024).

Kuntadi menegaskan, peneliti dalam hal ini tidak ada kaitannya dengan tekanan pada pihak manapun, apalagi dengan diagnosis RBS.

“Kami sedang mendalami agar yang bersangkutan tidak berbuat apa-apa untuk kepentingan siapa pun, melainkan hanya untuk kepentingan penyidikan,” ujarnya.

Sekadar informasi, Kejaksaan Agung telah mengajukan tuntutan terhadap total 23 orang dalam kasus timah ini.

Dari 23 orang tersebut, satu orang didakwa di Pengadilan Negeri Pangkalping, yakni Tony Tamsil alias Aki, adik bos Banka Belitung Tin Tamron, dengan tuduhan menghalangi keadilan atau menghalangi proses hukum.

Lalu ada empat orang yang kini perkaranya menunggu di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat: Direktur Negara Departemen ESDM 2021-2024 Bank Belitung Amir Syahbana; Tahun 2015 hingga Maret 2019 Kepala Dinas ESDM Provinsi Bangka Belitung Suranto Wibowo; Pj Direktur Departemen ESDM Kepala Daerah Provinsi Bangka Belitung Maret 2019, Rusbani; dan perwakilan PT Refined Bangka Tin (RBT) Harvey Moes.

Berikutnya, perkara Helena Lim (Crazy Rich PIKE), Suparta (Direktur Eksekutif PT RBT), dan Reza Andreasyah (Direktur Pengembangan Bisnis PT RBT) akan disidangkan pertama kali pada Rabu (21 Agustus 2024).

Lalu ada 10 tersangka yang kewenangan perkaranya berada di tangan Jaksa Agung, yakni.

• M. Riza Pahlavi Tabrani (MRPT) menjabat sebagai Pimpinan PT Timah Tbk sejak tahun 2016 hingga 2021. • Emil Imindra (EE) sebagai CFO PT Timah Tbk sejak tahun 2017 hingga 2018; • Hasan Tjhie (HT) sebagai CEO CV VIP; • Kwang Yung alias Buyung (BY) CV sebagai mantan komisaris VIP; • Gunawan (MBG) General Manager PT SIP;• Suito Gunawan (SG) Komisaris PT SIP, • Robert Indarto (RI) General Manager PT SBS, • Rosaina (RL) General Manager PT Timah, • Tamron Alian Aon CV: n sebagai VIP pemilik : dan • Achmad Albani (AA) CV sebagai VIP Operations Manager.

Sementara lima tersangka lainnya masih berada di tim penyidik ​​Jampidsus Kejaksaan Agung:

• Mantan Direktur Jenderal Departemen Pertambangan dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Aryono; • Mantan akting Kepala Departemen ESDM Bangka Belitung, Supianto;• CEO tahun 2017, 2018, 2021 dan Direktur Pengembangan Usaha 2019-2020 PT Timah, Alwin Albar (ALW);• Pemilik PT Tinindo Inter Nusa (TIN) ), Hendry Lie (HL ) ; dan • PT Pemasaran Timah, Fandi Lingga (FL).

Total ada enam orang yang menjadi tersangka tindak pidana pencucian uang (TPPU) yakni Harvey Moes, Helena Lim, Suparta, Tamron alias Aon, Robert Indarto, dan Suito Gunawan.

Berdasarkan dakwaan mantan Kepala Dinas ESDM Bangka Belitung, jaksa menyebut mereka bersekongkol melakukan penambangan timah ilegal di Bangka Belitung antara tahun 2015 hingga 2022.

Akibatnya, negara dirugikan hingga Rp300 triliun berdasarkan laporan audit yang menghitung kerugian keuangan negara akibat dugaan korupsi di wilayah izin pertambangan PT Timah Tbk sejak 2015 hingga 2022. PE.04.03/S-522/D5/03/2024 28.5.2024

Akibat perbuatan terdakwa tersebut di atas, kerugian negara sebesar Rp300.003.263.938.131,14 atau sekurang-kurangnya sebesar itu, kata Jaksa Penuntut Umum.

Dalam dokumen itu, mereka dijerat pasal 55 ayat 1 ayat 1 KUHP, pasal 2 ayat 1, dan pasal 3 UU Tipikor serta pasal 18 UU Pemberantasan Korupsi. .

Sementara mereka yang dikenakan TPPU, telah diproses secara hukum pada tahun 2010 bersama dengan Pasal 55 Ayat 1 Ayat 1 KUHP tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang pada UU Nomor 8, Pasal 3, dan 4.

Dalam hal ini, Pasal 21 Undang-Undang Anti Korupsi berlaku bagi mereka yang ditangkap oleh OOJ.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *