Tim Pemerintahan Prabowo Ungkap Strategi Swasembada Energi, Bakal Kembangkan Potensi Nuklir

Reporter Tribune.com Ismoyo melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintahan Presiden terpilih Pravo Subianto kini tengah menyusun strategi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang diprediksi akan meningkat di tahun-tahun mendatang.

Saat ini konsumsi listrik per kapita di Indonesia sekitar 1300 kWh. Sementara itu, pemerintah menargetkan konsumsi listrik sebesar 5.000 kilowatt pada tahun 2050.

Namun kapasitas pembangkit listrik nasional baru mencapai 83 gigawatt (GW).

Dewan Pakar Provo-Gibran Ali Mundakir mengatakan, diperlukan berbagai capaian agar kapasitas produksi nasional bisa ditingkatkan. Tujuan Indonesia adalah kemandirian energi

Salah satu yang disampaikan Ali adalah memaksimalkan nuklir sebagai pembangkit listrik

“Tentunya perlu terobosan. Pak Pravo juga sudah beberapa kali menyampaikan bahwa peluang pemenuhan atau peningkatan kapasitas terpasang tenaga nuklir di Indonesia perlu segera diwujudkan.”

“Dalam konteks ini, Dewan Energi Nasional telah menyiapkan rancangan Organisasi Pelaksana Program Tenaga Nuklir (NEPIO) dan sedang menggodoknya. Mudah-mudahan ketenagalistrikan nuklir bisa diterapkan di Indonesia meski tantangannya tidak mudah,” ujarnya. .

Tak hanya nuklir, Indonesia juga punya banyak sumber energi terbarukan (EBT).

Mulai dari panas bumi atau geotermal hingga pembangkit listrik tenaga surya

Menurut Ali, pemanfaatan EBT di Indonesia masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang berbeda-beda untuk mencapai hasil yang maksimal

Selain itu, pembiayaan pengembangan energi hijau perlu dilakukan melalui konsep pembiayaan yang berbeda

Jika kita hanya mengandalkan anggaran pemerintah, mustahil mengembangkan energi ramah lingkungan dan mencapai tujuan nol emisi bersih.

“Sumber daya yang kita punya luar biasa. Pemerintah bilang tenaga surya 3.200 gigawatt, tapi pemanfaatannya masih minim,” kata Ali.

“Panas bumi sudah lama dibicarakan, kita punya potensi 22.000 MW tapi realisasi pemanfaatannya sampai saat ini hanya di bawah 2.400 MW. Dan ini menjadi tantangan,” ujarnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *