Laporan reporter Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perusahaan Asuransi (LPS) menyebutkan jumlah tabungan masyarakat kaya dengan nilai tabungan di atas Rp 5 miliar tumbuh 9,14 persen.
Ketua Panitia Komisi LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan tabungan tumbuh lebih cepat dibandingkan Februari 2024 yakni sebesar 6,10 persen.
“Kita lihat DPK di bank umum tumbuh lebih dari Rp5 miliar sebesar 9,14 persen, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Februari yang sebesar 6,10 persen,” kata Purbaya dalam Konferensi Pers Komite Informasi Keuangan (KSSK), Jumat (3/5/2021). 2024)).
Selain itu, Purbaya juga menyampaikan bahwa tabungan di bawah Rp 100 juta mengalami pertumbuhan pada Maret 2024 yakni 7,3% dibandingkan Februari yakni 5,17%.
Bahkan, angka tersebut dinilai lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 3,1 persen.
Oleh karena itu, nampaknya tingkat pertumbuhan ekonomi mulai dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, menunjukkan bahwa stabilitas perekonomian kita ke depan harus lebih kuat, jelasnya.
Awalnya LPS mulai khawatir. Pasalnya, tabungan orang kaya yang asetnya nominalnya lebih dari Rp 5 miliar turun sejak akhir tahun lalu. Purbaya menduga kegagalan ini sebagian besar merupakan kesalahan perusahaan.
“Dari akhir tahun lalu tumbuh sekitar 14-15 persen, sekarang turun sekitar 3,51 persen. Kita kira sebagian besar adalah korporasi,” ujarnya dalam konferensi Suku Bunga Penjaminan LPS di Jakarta, Selasa. . (30/4/2024).
Katanya, jika melihat proses pemanfaatan perusahaan, Purbaya menduga orang-orang kaya kini beralih menggunakan uangnya sendiri untuk mengembangkan usahanya.
“Kami juga takut kalau ini berarti mereka tidak punya uang. Namun kalau dilihat dari cara mereka menggunakan uang perusahaan, sepertinya mereka beralih menggunakan uang sendiri untuk bubar, kata Purbaya.
Mereka diduga menggunakan uang sendiri untuk mengembangkan usahanya, bukan mengandalkan pinjaman bank.
“(Mereka menggunakan uang sendiri untuk ekspansi) daripada meminjam uang ke bank, apalagi bank asing atau dana dolar karena suku bunga luar negeri sangat mahal,” kata Purbaya.
“(Bunga bank kanan) yang permintaannya tinggi sekali, jadi cenderung pakai uang sendiri dulu sampai habis,” lanjutnya.
Oleh karena itu, kata dia, pertumbuhan kini berada di angka 3,51 persen, lebih rendah dibandingkan rata-rata sebelumnya. Namun Purbaya menilai proses pengurangan ini merupakan hal yang negatif.