TRIBUNNEWS.COM — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui infrastruktur energi negaranya kini sedang runtuh.
Setidaknya kini hanya 20 persen saja yang masih bisa digerakkan.
Pembangkit listrik ini hancur menjadi puing-puing akibat serangan udara besar-besaran yang dilakukan Angkatan Udara Rusia.
Dia mengakui bahwa militer Moskow menjatuhkan setidaknya 4.000 bom setiap bulannya.
Menurut Zelensky, bom dengan daya ledak tinggi ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur energi, tetapi juga bangunan sipil.
“Bom berpemandu ini menghancurkan 80 persen infrastruktur energi kita,” kata Zelensky dalam pidatonya pada Minggu (15/9/2024) malam, menurut Ukrinform.
Dikatakan bahwa bom luncur, yang beratnya bisa mencapai 3 ton, dibawa oleh jet tempur Su-34 dan Su-35 yang juga meluncurkan rudal canggih untuk menghancurkan Ukraina.
Zelensky meminta Amerika Serikat diizinkan menghancurkan Rusia dengan rudal yang dipasok oleh Barat.
Zelensky mengatakan, negaranya sudah lama menunggu izin ini, namun hingga saat ini belum juga diberikan.
“Sekarang Moskow sudah mulai memindahkan pesawat dari pangkalan 100 atau 150 kilometer menjadi 300-500 kilometer. Setelah itu saya sampaikan kepada Anda bahwa kami memerlukan izin lebih sekarang,” ujarnya.
Zelensky mengakui bahwa Amerika Serikat belum mengizinkan pasukannya untuk menembak jauh ke wilayah Rusia.
John Kirby, direktur komunikasi strategis di Dewan Keamanan Nasional, mengatakan larangan peluncuran rudal jarak jauh oleh Amerika Serikat di Rusia tidak berubah.
“Tidak ada perubahan dalam pendekatan kami dalam menyediakan kemampuan serangan jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan di Rusia. Saya tidak mengharapkan adanya pengumuman besar mengenai hal ini,” katanya.
Kirby mengatakan Amerika Serikat menanggapi ancaman Putin dengan serius, “jika Ukraina meluncurkan rudal jarak jauh buatan Barat melawan Rusia, saya pikir Barat akan terlibat langsung dalam perang tersebut.”
“Tidak ada perubahan dalam pandangan kami mengenai penyediaan kemampuan serangan jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan di Rusia. Saya tidak mengharapkan adanya pengumuman besar mengenai hal ini,” kata Reuters.
Meski kedua pemimpin negara yang sangat mendukung Ukraina bertemu pada hari Jumat, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer tidak pernah membahas izin serangan Rusia.