Dilaporkan oleh Koresponden Tribune News.com Aisyah Noorsiamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Saat ini masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih makanan.
Salah satu kandungan dalam makanan yang perlu dibatasi adalah lemak trans.
Ketua Tim Kerja Penyakit Kardiovaskular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dr. Fatcha Nurlia menjelaskan apa itu lemak trans.
Lemak trans ada dalam makanan, muncul karena proses tertentu.
Dalam proses ini, lemak trans mengalami beberapa perubahan bentuk.
Agar tetap stabil pada suhu ruangan. Proses perubahan bentuknya disebut hidrogenasi. Hidrogenasi ini biasa dilakukan oleh industri pangan, tambahnya. yang ditayangkan di kanal YouTube Kementerian Kesehatan pada Jumat (22/11/2024).
Proses hidrogenasi ini dilakukan agar lemak pada makanan tetap stabil dan tidak meleleh pada suhu ruangan.
Jika proses hidrogenasi tidak dilakukan secara sempurna, lemak trans akan muncul pada makanan.
Lemak trans bisa ditemukan pada mentega atau margarin.
Kedua produk makanan ini tentunya sudah tidak asing lagi karena sering dijadikan bahan masakan.
Dr Facha juga mengatakan, sebenarnya tidak ada masalah jika mengonsumsinya dalam batas aman.
“Boleh dimakan, tapi jangan berlebihan ya, harus dibatasi. Harus enak ya, makanan berlemak biasanya enak. Tapi harus dibatasi,” sarannya.
Peringatan ini memperingatkan tentang bahaya yang tersembunyi di balik lemak trans. Salah satunya adalah risiko penyakit jantung.
“Sebenarnya lemak ini cukup berbahaya. Karena bisa menimbulkan risiko penyakit jantung. Jadi sebaiknya dihindari,” tegasnya.
Selain itu, pada acara yang sama, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudrayatmo angkat bicara mengenai bahaya konsumsi lemak trans yang berlebihan.
Menurut Sudrayatmo, mengonsumsi lemak trans dapat meningkatkan lemak tidak sehat dalam tubuh.
“Nantinya akan berproses di dalam tubuh. Ini namanya proses biokimia lemak. Itu akan menambah lemak jahat di tubuh kita,” kata Sudrayatmo.
Kehadiran lemak jahat dapat menurunkan kadar lemak baik.
Kemudian lemak jahat juga dapat meningkatkan proses peradangan dan menurunkan daya tahan tubuh.
Tak hanya itu, lemak jahat juga bisa mengganggu kerja insulin dalam darah.
“Nah, risikonya meningkat. Itu akan menyempitkan pembuluh darah. Kalau semakin progresif bisa memicu serangan jantung. Makanya konsumsi lemak trans harus dibatasi,” ujarnya