Soal Bea Masuk Produk Impor, Kemendag Libatkan KPPI dan KADI Selidiki Industri yang Terancam Ambruk

Laporan jurnalis Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Perdagangan 2024 peraturan no. 8 Zulkifli Hasan menyatakan tentang perubahan ketiga Peraturan Menteri Perdagangan 36/2023 tentang kebijakan dan ketentuan impor.

Di Komite Pertahanan Perdagangan Indonesia (KPPI) dan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), ia mengusulkan solusi untuk menghadapi industri dalam negeri yang menghadapi kemerosotan.

KPPI di bawah Kementerian Perdagangan akan menyelidiki industri yang berisiko kolaps dan mencermati data tiga tahun terakhir.

Apabila impor produk dari industri ini meningkat, maka produk impor tersebut dapat dikenakan bea tambahan berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (SIM).

BMTP ini sempat ditempati beberapa waktu lalu karena Zulha mengaku mampu mencapai 200%. Zulh menjelaskan, rasio tersebut belum tentu 200 persen, namun bisa berubah tergantung hasil survei KPPI.

Berikutnya, KADI di bawah naungan Kementerian Perdagangan juga akan melakukan pemeriksaan seperti KPPI.

“Mereka juga akan melihat data BPS, telepon asosiasi, lihat data impornya, impornya naik atau tidak? Baru nanti mereka rapat, ambil keputusan,” kata Sulhas, Senin (8/7/2024). ) pertemuan dengan VI DPR RI di Jakarta.

Jika produksi KPPI adalah BMTP, KADI menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD).

Industri yang saat ini sudah menyetujui penerapan tambahan biaya kepesertaan antara lain TPT dan keramik, kata Zulhas. Ini terjadi pada industri pakaian jadi.

Terkait tarif bea masuk yang berlaku, Zulhas belum menerima hasil lebih lanjut dari pemeriksaan KPPI dan KADI.

“Berapa tarifnya, saya lihat hasil kerja mereka, tapi mereka bilang harus memberitahu Kementerian Perdagangan, lalu menulis surat, nanti kita teruskan ke Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan. katanya.

Ia menyimpulkan bahwa KPPI dan KADI sedang mengatasi permasalahan tersebut. Ia pun menegaskan tidak akan memandang negara asal pajak impor tambahan ini. Oleh karena itu, tidak hanya Tiongkok, tetapi juga negara-negara lain mungkin menderita.

Sulhas sebelumnya menyatakan, ada tujuh industri yang bisa dicakup oleh BMTP dan BMAD.

Tujuh industri – tekstil (TPT), pakaian jadi, keramik, elektronik, kosmetik, tekstil, dan alas kaki – mendapat perhatian khusus.

“Kementerian Perdagangan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mematuhi peraturan perundang-undangan nasional dan peraturan yang disepakati lembaga dunia seperti WTO,” kata Sulh di kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta Pusat, Jumat. /2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *