TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan kesiapan semua pihak untuk melawan pihak-pihak yang menghambat pemerintah dan berupaya mengambil alih kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua eksekutif.
Hal ini disampaikan Hasto saat menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela seminar Rakornas Pangan dan Pertanian dengan topik: Kedaulatan Pangan di Indonesia (Padi, Kedelai dan Jagung), di Kantor DPP PDIP, Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Hasto menjelaskan, semua kapten yang memegang lambang banteng, sebagian besar masyarakat awam, melihat sosok Megawati Soekarnoputri yang bukan hanya Ketua Umum PDIP, tapi juga putri Presiden RI, Soekarno.
Dengan kata lain, Megawati merupakan saksi sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia.
Hato juga mengatakan, dalam proses pembentukan negara hingga saat ini, Megawati telah menjadi bagian dari gagasan dan gagasan besar tentang Indonesia Raya.
Bahkan, dalam beberapa kasus, Mega kerap dianggap sebagai sebuah konsep dan simbol serta warisan dalam perjuangan melawan otoritarianisme, simbol perjuangan melawan pemerintahan yang penuh kolusi, korupsi, dan nepotisme.
“Bu Mega mempunyai visi dan visi demokratisasi yang mana ditempatkan hak rakyat untuk menyelenggarakan pemilu. Bu Mega adalah warisan dalam perjalanan menuju demokratisasi.”
Oleh karena itu, ketika partai-partai ingin mempengaruhi kekuasaan Partai, baik langsung maupun tidak langsung, dan berusaha mengambil kepemimpinan Bu untuk mengendalikan suasana Partai.
“Kami adalah pihak pejuang,” kata Hasto.
Diakui Hasto, di bawah kepemimpinan Ketua DPP Partai Kehormatan PDIP Komaruddin Watubun dan para kapten purnawirawan TNI, penggabungan tersebut berhasil dilakukan di antara ribuan Pokja PDIP yang dicanangkan di Indonesia. Penambahan dilakukan setiap minggu.
“Itulah sifat militansi kami. “Ini bagian dari visi komprehensif kami terhadap Satyam Eva Jayate,” kata Hasto.
“Jadi jangan main-main dengan PDI Perjuangan karena kami partai yang sah.”
“Kami adalah partai yang taat hukum.”
“Kami adalah partai yang mengedepankan demokrasi, kebebasan pers, dan kegiatan lain yang menghargai suasana masyarakat di negeri ini,” kata Hasto.
Pada periode Agustus ketika perayaan kemerdekaan Indonesia digelar, Hasto mengingatkan kita akan kebangkitan anti-kolonialisme.
Ironisnya, di bulan kemerdekaan inilah isu keberadaan partai politik di Indonesia semakin marak.
Bulan melambangkan semangat melawan penjajahan. Bulan melambangkan ikatan jiwa dan raga bahwa bangsa Indonesia mempunyai jiwa yang merdeka.
Oleh karena itu, semangat kemandirian ini tidak bisa didiamkan, kata Hasto.
Oleh karena itu, kami akan menjaga kehormatan Partai, kekuatan partai, dan kehormatan Ketua Pengurus PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarno Putri, tutupnya.