Tentara Israel di Golan Menangis, Takut Mandi Malam Hari, Tak Punya Perlindungan dari Drone Irak

TRIBUNNEWS.COM – Menurut laporan, tentara Israel di Dataran Tinggi Golan “menangis” karena tidak memiliki perlindungan terhadap serangan drone dari Irak.

Mereka mengkritik keras Pasukan Pertahanan Israel (IDF) karena tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap drone.

Media Israel yang menghubungi Walla menekankan hal ini dalam artikel mereka yang berjudul “Tangisan tentara Israel di Golan: Kami tidak memiliki perlindungan terhadap drone Irak.”

Menurut tentara Israel, mereka menerima peringatan atau instruksi hampir setiap malam, sehingga memaksa mereka untuk begadang hingga larut malam di tempat penampungan. Hal ini membuat mereka mengalami kelelahan.

“Karena kemampuan menghadapi ancaman rendah. Jadi mereka lebih memilih kita ada di sini,” kata salah satu prajurit.

“Tapi kamu tidak bisa tidur. Kami bangun di pagi hari dan terus bekerja, tapi semua orang lelah.”

Menurutnya, beberapa tentara bahkan takut mandi pada malam hari karena alarm mungkin berbunyi saat mandi.

Tidak jelas bagi kami apa yang terjadi dengan kebijakan pencegahan tersebut, namun kami memahami bahwa kebijakan ini merupakan ancaman besar bagi IDF.” Beberapa kebakaran terjadi di Golan selatan setelah roket Hizbullah jatuh. (kicauan)

Menurutnya, kebijakan memperingatkan tentara Israel di kawasan itu setiap malam karena tidak ada respons adalah tindakan yang berlebihan.

Kami berharap setidaknya memperbaiki kondisi pertahanan. Kami perkirakan kebijakan pertahanan seperti itu sudah tercapai karena tidak ada peringatan dari Kibbutz Merom Golan (delapan hari lalu) dan ada drone yang jatuh di sana, jelasnya.

Sumber militer Israel mengaku kini berupaya memperkuat kehadiran pesawat di kawasan tersebut untuk mengatasi masalah tersebut.

“Jelas banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini,” lanjutnya.

Juru bicara IDF buka suara menanggapi keluhan tersebut di atas.

Menurutnya, klaim bahwa Angkatan Udara Israel tidak bertanggung jawab atas misinya melindungi wilayah udara Israel tidak berdasar.

Tuduhan tersebut juga melukai perasaan ratusan tentara yang bersiaga siang malam untuk menunaikan misi.

“Untuk melindungi Negara Israel dari segala ancaman, untuk mencegah kerugian terhadap warga sipil dan tentara. Mengenai informasi tentang alasan keamanan, kami tidak dapat menjelaskan kebijakan sistem keamanan secara detail,” kata juru bicara tersebut. Dua tentara Israel tewas akibat serangan drone dari Irak

Dua tentara Israel dan 24 lainnya terluka pada Kamis (3/10/2024) akibat serangan drone yang dilakukan milisi Irak.

The “Times of Israel” melaporkan identitas kedua tentara tersebut sebagai Sersan Daniel Aviv Haim Sofer (19) dari Batalyon 19 Brigade Golan dan Kopral Tal Dror (19) dari Batalyon 13 Brigade Golan.

Berdasarkan hasil investigasi IDF, dua drone diluncurkan dari Irak.

Salah satunya ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara. Drone kedua menyerang pangkalan militer di Golan beberapa menit kemudian.

Sirene terdengar di beberapa permukiman Golan saat drone pertama memasuki wilayah udara Israel.

Namun, Israel tidak dapat mengidentifikasi drone kedua, sehingga alarm peringatan tidak diaktifkan. Para prajurit di pangkalan tidak punya waktu untuk lari mencari perlindungan.

IDF terus menyelidiki mengapa sirene tidak terdengar selama serangan itu.

Sebanyak 24 orang terluka dalam serangan tersebut. Dua orang tentara luka berat, satu orang luka sedang, dan 21 orang luka ringan.

Organisasi perlawanan di Iran mengklaim mereka berada di balik serangan tersebut. Menurut mereka, mereka meluncurkan tiga drone yang ditujukan ke tiga sasaran di Israel utara.

Serangan tersebut menandai pertama kalinya serangan kelompok Israel berhasil menimbulkan korban jiwa di Israel.

(Berita Tribun/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *