Takut Ketegangan Israel vs Hizbullah, Maskapai Enggan Mendarat di Tel Aviv Buat Zionis Terjebak

TRIBUNNEWS.COM – United Airlines dan Delta Airlines membatalkan penerbangan ke Tel Aviv, Israel.

Hal ini disebabkan meningkatnya ketegangan antara Iran dan kelompok Hizbullah yang didukung Israel.

Kedua maskapai secara terpisah mengumumkan penangguhan tersebut mulai malam tanggal 31 Juli 2024.

Aerotime menulis bahwa Delta Air Lines telah menangguhkan penerbangan dari New York-JFK ke Tel Aviv hingga 2 Agustus 2024.

Sementara itu, United Airlines yang mengoperasikan 14 penerbangan mingguan ke Tel Aviv telah menangguhkan penerbangan hingga 6 Agustus 2024.

Menurut media Ibrani, ribuan warga Israel kini terdampar di AS karena pembatalan tersebut.

Delta telah mengeluarkan keringanan perjalanan untuk semua penumpang dengan reservasi perjalanan dari Bandara Tel Aviv Ben Gurion (TLV) hingga 6 September 2024.

Hal ini memungkinkan mereka untuk menjadwal ulang penerbangan mereka.

Di sisi lain, United Airlines menyatakan akan memantau secara ketat situasi antara Israel dan Hizbullah.

Maskapai lain kemungkinan akan menyusul.

British Airways juga telah mengumumkan pembatalan di Tel Aviv, namun durasinya saat ini belum dapat dipastikan.

Pada 29 Juli 2024, Austrian Airlines dan Lufthansa membatalkan dua penerbangan semalam ke dan dari Tel Aviv.

Air France dan Lufthansa mengumumkan pada 29 Juli 2024 keputusan mereka untuk menangguhkan penerbangan ke Beirut hingga 5 Agustus 2024 sebagai tanggapan atas peringatan Israel akan pembalasan atas serangan roket dari Lebanon.

Meski ada gangguan, maskapai penerbangan Israel El Al mengonfirmasi jadwal penerbangannya akan tetap berjalan seperti biasa.

Situasi di kawasan itu memburuk setelah serangan roket ke Teheran menewaskan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Israel baru-baru ini menyalahkan Hizbullah Lebanon atas penembakan 12 anak pada 27 Juli 2024 di Dataran Tinggi Golan.

Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia Pawel Wronski mengumumkan bahwa Polandia siap mengevakuasi warganya jika situasi antara Israel dan Lebanon memburuk. Iran berencana membalas Israel dengan rudal balistik Iran. Negara ini akan melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel dalam 72 jam ke depan. (Pertama)

Iran bergerak cepat merespons kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran, oleh Israel pada Rabu (31/7/2024).

Pada Kamis (1/8/2024), Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani dikutip Tribune News dari Kantor Berita Pusat Iran, IRNA.

Qani mengaku sudah menghubungi beberapa pihak di luar negeri untuk memberikan respon cepat atas pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel yang dinilainya melanggar kedaulatan Iran.

Pihak terdekat yang dihubunginya untuk merespons hal tersebut adalah Menteri Luar Negeri Mesir Badr Ahmed Mohamed Abdel Ati.

Bagheri Kani mengaku telah berbicara melalui telepon dengan Abdel Ati untuk membahas masalah tersebut.

Dalam percakapan telepon pada hari Kamis, Bagheri Kani menekankan perlunya semua negara di kawasan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk melawan Israel.

Ia menilai tindakan Israel membunuh Ismail Haniyeh merupakan pelanggaran integritas wilayah Iran.

Qani juga menilai serangan yang dilakukan Israel bisa tergolong pelanggaran berat, mengingat status Ismail Haniyeh sebagai tamu kehormatan Iran pada pelantikan presiden barunya, Massoud Pezeshkian.

Melalui komunikasinya dengan Mesir, Kanye juga menegaskan bahwa Iran tidak akan melepaskan haknya untuk segera membalas tindakan pembunuhan yang dilakukan rezim Zionis.

Dalam percakapan telepon dengan Abdel Ati, Qani mengundang Mesir untuk mengadakan pertemuan darurat OKI.

Menurut Kani, pertemuan mendesak ini harus segera diadakan untuk memperjelas posisi negara-negara OKI dalam menangani aktivitas kriminal rezim Zionis Israel.

Sementara itu, Abdel Ati berterima kasih kepada Iran karena telah menerima dia pada pelantikan presiden di Teheran awal pekan ini.

Melalui panggilan telepon tersebut, Abdel Ati juga membenarkan bahwa Mesir memiliki sentimen yang sama dengan Iran terkait pembunuhan Ismail Haniyeh.

Abdel Ati menambahkan, Mesir sendiri mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam kematian pemimpin Hamas tersebut.

Dia mendukung inisiatif Iran untuk meminta pertemuan darurat OKI untuk membahas pembunuhan Haniyeh dan terorisme Israel saat ini di wilayah tetangga seperti Palestina, Iran dan Lebanon.

(tribunenews.com/Krishna, Bobby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *