TRIBUNNEWS.COM – Kepala Badan Pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan Israel sedang berusaha menutup UNRWA.
Philip Lazzarini mengatakan pemerintah Israel melakukan hal ini setelah gagal membujuk donor Barat untuk menghentikan pendanaan karena dugaan adanya hubungan antara staf UNRWA dan Hamas.
“Upaya yang disengaja untuk membubarkan UNRWA dan mencegahnya beroperasi akan berdampak buruk bagi sistem multilateral, PBB, dan perjuangan penentuan nasib sendiri Palestina,” kata Lazzarini, Sabtu (14/9/2024). Oleh Penjaga.
Dalam pernyataannya, yang menjadikan jumlah staf UNRWA yang tewas dalam konflik sejak 7 Oktober 2023 menjadi 220 orang, Lazzarini juga menyerukan penyelidikan independen.
“Ada upaya sengaja untuk mencopot dan membubarkan lembaga tersebut dan alasan di baliknya tidak ada kaitannya dengan isu netralitas, namun ada motif politik di baliknya,” ujarnya.
“Kita tidak boleh salah dengan mengatakan bahwa ini bukan hanya serangan terhadap UNRWA, namun serangan terhadap sistem multilateral yang lebih luas dan PBB.”
“Ini adalah kampanye untuk membubarkan UNRWA dan mengusir komunitas kemanusiaan yang lebih luas,” jelas Philippe Lazzarini.
Lazarini kemudian menunjukkan tiga RUU yang sedang dibahas di parlemen Israel.
Pertama, penetapan UNRWA sebagai organisasi teroris.
Lalu yang kedua adalah mencabut semua kekebalan bagi pekerja UNRWA.
Yang ketiga adalah penolakan UNRWA terhadap akses terhadap bangunan-bangunan yang berada di bawah kendali Israel.
Dia mengatakan RUU itu mendapat dukungan kuat.
Selain itu, pemerintah Israel belum memperbarui visa untuk staf utama UNRWA dan organisasi non-pemerintah, kata Lazzarini.
“Tidak masuk akal bagi negara anggota PBB untuk menyebut badan PBB yang diberi wewenang oleh Dewan Keamanan PBB sebagai organisasi teroris.”
“Ini menjadi preseden bagi badan-badan PBB untuk mengecam pemerintah lain jika suatu negara berperilaku tidak mereka setujui,” jelasnya.
Pada Rabu (11 September 2024), UNRWA melaporkan enam anggota staf tewas dalam dua serangan udara yang melanda Sekolah al-Zouni di Nuseirat, Gaza tengah.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan sembilan anggota Hamas tewas dalam serangan itu, termasuk tiga pegawai UNRWA.
Namun Lazzarini mengatakan IDF sebelumnya tidak memberi tahu badan tersebut bahwa ketiga karyawan tersebut adalah anggota Hamas.
“Tidak satu pun dari nama-nama ini ada dalam daftar IDF seperti yang diberitahukan kepada kami, jadi saya tidak bisa memastikannya,” katanya.
“Orang-orang ini bekerja di tempat penampungan. Tidak ada indikasi mereka tentara,” tegas Lazzarini.
UNRWA adalah salah satu badan PBB terbesar.
UNRWA mempekerjakan 13.000 staf di Gaza dan lebih dari 30.000 staf di wilayah tersebut, memberikan layanan kesehatan dan pendidikan kepada pengungsi Palestina. Rabu (11/09/2024) Serangan Israel terhadap Al-Zauni, sebuah sekolah di Gaza yang dikelola oleh UNRWA. (X/Twitter) Update perang Israel-Hamas
Dikutip Al Jazeera, Tentara Israel terus menyerang Gaza, menewaskan puluhan warga Palestina dalam serangan di Kota Gaza dan Khan Younis, sehari setelah sedikitnya 19 orang tewas dalam serangan di Jalur Gaza.
Tahap pertama program vaksinasi polio yang dipimpin PBB telah resmi berakhir.
Sekitar 560.000 anak telah menerima dosis pertama mereka dalam 12 hari terakhir.
Sekjen PBB mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Amerika Serikat harus memberikan tekanan pada Israel untuk mengakhiri perang yang menghancurkan di Gaza, namun mengakui bahwa “sejauh yang saya tahu dalam kehidupan politik Amerika, hal itu tidak akan terjadi.”
Penembakan Israel terhadap tenda pengungsi di daerah al-Mawasi sebelah barat Khan Yunis menewaskan seorang warga Palestina dan melukai enam lainnya.
Sejumlah tenda juga ikut terbakar akibat penembakan tersebut.
Dua orang tewas dalam serangan udara Israel di sebuah rumah di barat laut kamp Nusirat di Gaza tengah.
Banyak anak-anak terluka dalam serangan ini.
Di Gaza utara, pasukan Israel menyerang sebuah taman kanak-kanak di kamp Jabalia, melukai beberapa orang. Bangunan tersebut rusak parah akibat kebakaran tersebut.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 83 persen rumah sakit di Gaza tidak memiliki akses terhadap pasokan medis dan 60 persen pasokan obat-obatan penting telah habis.
Pejabat pertahanan sipil menemukan beberapa mayat setelah pasukan Israel menggerebek rumah keluarga Bastan di sebelah timur Kota Gaza.
Kantor berita Wafa mengungkapkan enam orang tewas dalam serangan itu, termasuk tiga anak-anak dan seorang wanita.
Setidaknya 41.182 orang tewas dan 95.280 lainnya luka-luka dalam perang Israel di Jalur Gaza.
Di Israel, serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober menewaskan sedikitnya 1.139 orang dan menahan lebih dari 200 tahanan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel