TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di ajang GIIAS 2024, banyak bermunculan mobil listrik buatan China. Mobil listrik ini sejajar dengan penguasaan mobil dari Jepang, Korea, dan Eropa.
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menilai masuknya kendaraan listrik di China merupakan pemahaman produsen asal negeri bambu tersebut melihat peluang di pasar kendaraan Indonesia.
“Mereka tidak bersaing dengan mobil konvensional yang pasarnya didominasi oleh Toyota, Honda, Nissan, Mercedes, BMW dan lain-lain, namun mereka memasuki kawasan pasar yang berkembang pesat dimana raja-rajanya belum menguasai dunia mobil yaitu listrik. .mobil,” kata Eddy. Rabu (31/7/2024).
Sekjen PAN ini mengatakan, proses peningkatan mobil listrik tidak boleh menjadikan banyaknya pembeli mobil Indonesia sebagai satu-satunya target pasar pabrikan mobil listrik asal China tersebut.
“Pemerintah Indonesia tidak boleh gegabah dan tertipu dalam peningkatan jumlah mobil listrik. Pemerintah harus menggunakan kesempatan ini untuk membangun industri mobil listrik di Indonesia. , mereka harus membangun infrastruktur manufaktur mobil di Indonesia sebelum menjual banyak kendaraan roda empat yang langsung dijual ke pasar. diekspor ke negara tetangga,” ujarnya.
Menurut Eddy, pemerintah Indonesia memerlukan kemauan politik yang kuat dan berani untuk mengembangkan dialog dengan China dalam upaya memenangkan pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
“Jika produsen mobil listrik ingin memanfaatkan pasar Indonesia yang sangat menjanjikan, mereka perlu membangun industri mobil di Indonesia, mempekerjakan putra-putri Indonesia, dan melakukan transfer teknologi sehingga kita semua berada pada posisi menang,” lanjutnya.
Pemerintah Indonesia harus memberikan batasan waktu bagi produsen kendaraan listrik untuk membangun produksi dalam negeri.
“Jika dalam waktu yang ditentukan tidak ada produsen yang membangun, maka segera batalkan berbagai insentif yang dinikmatinya atau kenakan pajak impor terhadap produk yang masuk ke pasar Indonesia. Semua itu dilakukan agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga memiliki berpotensi menjadi pusat produksi kendaraan listrik,” ujarnya.