Kasus Keracunan Latiao Terjadi Sejak Februari 2024, Kenapa Peredaran Produk Baru Disetop Sekarang?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghentikan sementara peredaran seluruh produk Latio demi melindungi kesehatan masyarakat, menyusul kasus keracunan makanan luar biasa (KLBKP) di beberapa lokasi.

Ketua PPOM Taruna Iqrar mengatakan penghentian itu dilakukan setelah pihaknya mendapat keluhan keracunan Latio, salah satu makanan olahan asal China.

Latiao merupakan produk pangan olahan berbahan dasar tepung terigu dan mempunyai ciri khas tekstur kenyal dan rasa pedas pedas.  Laporan beracun tersebut diterima dari tujuh daerah yakni Lampung, Sukabumi, Jawa Barat, Wonosobo, Jawa Tengah, Tangsel, Panten, Bandung Barat, Jawa Barat, dan Pamegasan, Jawa Timur.

Taruna mengatakan dalam jumpa pers virtual di kanal YouTube PPOM pekan lalu (1/11/1/11/) bahwa “berdasarkan hasil uji laboratorium berdasarkan pengujian produk yang diduga menyebabkan KLPKB, kami menemukan tanda-tanda Bacillus kontaminasi bakteri cereus.

Ini bukan kasus keracunan pertama yang terjadi di Lazio. Kasus serupa terjadi pada 26 Februari 2024 di Desa Sugajaya, Kecamatan Sugabumi, Kabupaten Sugabumi, Jawa Barat.  

Kemudian, 28 siswa SD Nangevar dan 3 siswa MI Nangevar muntah-muntah setelah menyantap jajanan stik latio pedas yang dijual pedagang wisata yang biasa nongkrong di depan sekolah. 

Pada tanggal 13 Mei 2024, terjadi kekambuhan keracunan lathio di SDN Benteng, Limbangan, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Puluhan siswa kelas dua SD keracunan setelah menyantap masakan khas China tersebut. 

Kemudian, pada Juli 2024, puluhan siswa SD di Bandung Barat, Jawa Barat, juga mengalami keracunan latio. Mereka mengeluh lemas, mual, muntah dan pusing setelah mengonsumsi Latio di waktu senggang.

Penyebab keracunan lathio pada siswa SD bermacam-macam, mulai dari jajanan kadaluwarsa hingga bahan-bahan yang terdapat dalam jajanan. Latiao baru-baru ini menjadi viral setelah banyak dijual di TikTok mulai dari Rp 19.000 hingga Rp 45.000. 

Latio pertama kali muncul di provinsi Hunan pada tahun 1990an. Keterjangkauannya membuat anak-anak sekolah sering mengonsumsi Latios sebagai jajanan.

Latio adalah mie yang panjang dan pedas. Dikutip dari Asia Nikkei, Latio terbuat dari tepung terigu dan minyak pedas. Jajanan ini memiliki tekstur elastis dan rasa cabai merah yang kuat.

Terlepas dari popularitasnya, pemerintah Tiongkok mempertanyakan keamanan pangan Lazio. Pada bulan Mei 2018, Komisi Keamanan Pangan Provinsi Shanxi mengumumkan bahwa merek Wei Long latiao yang populer tidak memenuhi standar keamanan.

Hal ini diikuti oleh serangkaian survei merek di wilayah lain di negara tersebut, termasuk provinsi Guizhou dan Zhejiang. Setelah kegagalan lebih lanjut, pemerintah provinsi Hubei menghentikan penjualan di provinsi tersebut.

Rasa manis dan pedasnya inilah yang membuat Latio cocok di lidah orang Indonesia. Tak heran jika jajanan asal Tiongkok ini begitu populer dan disukai banyak masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *