Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak-anak TK Darussalam, Tangerang, Banten mengalami penganiayaan. Bahkan ada di antara mereka yang menjadi korban sodomi.
Hal itu diungkapkan bintang sinetron Dean Desvey, salah satu donatur panti asuhan.
Mendengar perkataan korban, hatinya bergetar.
“Ada seorang anak, saya kasih susu botol, tapi kalau sudah besar, dia disodomi,” kata Dekan Deswi sambil menahan tangis saat kami temui di Tamrin, Jakarta. 26/9/2024).
Karena itulah Dean bertekad meneruskan kasus ini hingga pelakunya diadili.
Deswi menelepon anak-anak yang mengadu kepadanya pasca kematian tersebut dan melapor ke Polres Tangsel.
“Setelah kematian anak tersebut, juga disampaikan laporan. Dilakukan visum korban dan dipastikan anusnya mengalami luka parah,” kata Desvi.
Ia mengatakan, setidaknya ada 10 anak yang mengaku mengalami pelecehan dan penganiayaan yang dilakukan oleh pemilik panti asuhan. Dekan Deswi, salah satu pendiri yayasan tersebut ditemui, Kamis (26/9/2024) di Kecamatan Tamrin, Jakarta Pusat. (Tribunnews.com/ Bayu Indra Permana)
“Sekitar 10 anak, hanya dia yang mau bicara,” ujarnya.
Jadi dia menyebut dirinya saksi setelah saya bilang dia korbannya, lanjutnya.
Laporan tersebut berlaku sejak 2 Juli 2024. Hingga saat ini, Deswi dan tim kuasa hukumnya terus mencari korban lainnya.
Ketiga pendirinya, A, S, dan Y dikabarkan diduga melakukan pelecehan seksual dan pelecehan seksual.
“Kami buat laporan pada 2 Juli 2024. Berawal dari komentar Bu Dean, kami selidiki dan bocah itu mau bicara,” kata Endang Hardian selaku kuasa hukum.
“Kami khawatir masih ada korban lain yang mungkin mengalami hal ini. Pelakunya adalah orang dewasa dan dia adalah korban,” ujarnya.
Menurut dia, prosesnya sudah memasuki tahap penyidikan.
Korban tertipu
Menurut Dekan Deswi, korban penganiayaan anak di taman kanak-kanak di Dar es Salaam ditipu oleh pelaku.
Mereka dijanjikan hadiah uang tunai, termasuk iPhone.
Hal itu diketahui Desvi dari keterangan beberapa korban yang mengadukan dan meminta perlindungan dirinya sebagai salah satu pendonor dana tersebut.
“Hampir semua korban dibujuk dan diberi barang, makanan, telepon seluler, bahkan iPhone,” jelas Dean Desvey.
“Beberapa di antaranya sudah melakukan korupsi sejak usia 8 tahun,” lanjutnya.
Bahkan ada di antara mereka yang tidak menyadari bahwa yang dialaminya adalah hubungan seksual.
“Banyak yang nggak ngerti kalau kakaknya cerita, ada yang bilang, ‘Oh, itu nggak benar, Kak.’
Menurut Desvi, kondisi psikologis anak-anak yang diasuhnya sangat memprihatinkan karena beberapa di antaranya mengalami gangguan jiwa.
“Ada anak laki-laki, badannya besar dan kuat, tapi awalnya mereka tinggalkan saya, dan saya diberitahu bahwa mentalnya sudah terpengaruh,” kata Deswi.
“Mereka menjadi kurang percaya diri, ingin bunuh diri, dan merusak diri sendiri. Bahkan ada yang merasa sakit jiwa, dan ketika bertemu dengan gadis yang ingin melakukan masturbasi, mereka membuktikan bahwa mereka normal-normal saja, itu akibat penganiayaan yang mereka alami,” jelasnya.
Dengan nada ngeri, Desvi menjelaskan modus yang dilakukan para pengurus dana tersebut saat melakukan tindakan korupsi.
“Kasusnya adalah dia ingin menghindari pemborosan, pertama dengan kakinya dan kemudian dengan alat kelaminnya,” kata Dean Deswey.