TRIBUNNEWS.COM – Ratusan warga dan keluarga sandera Israel kembali turun ke jalan Tel Aviv pada Jumat (6/9/2024) dalam demonstrasi besar-besaran yang membawa puluhan peti mati palsu.
Ribuan peti mati palsu diarak keliling ibu kota, Tel Aviv, ditutupi bendera Israel, dan banyak di antaranya membawa foto tahanan Israel yang tewas.
Arak – Ratusan pengunjuk rasa membawa peti mati ini sebagai simbol kematian para sandera Israel yang ditemukan tewas di Terowongan Rafah di Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Sebuah laporan oleh Channel 12 Israel mengutip al-Mayadeen yang mengatakan bahwa sejak Kamis, keluarga tahanan Israel telah berdemonstrasi di lapangan umum utama Tel Aviv, Habiba Square, untuk menempatkan 27 peti mati korban tewas di Gaza sejauh ini .
Ini bukan pertama kalinya warga Israel berdemonstrasi seperti ini.
Sebelumnya, ribuan orang turun ke jalan di Tel Aviv untuk hari kedua berturut-turut, memprotes kesalahan pemerintah dalam menangani situasi tahanan dan menuntut kesepakatan segera.
Demonstrasi awalnya berlangsung damai sampai massa yang marah berubah menjadi kacau ketika pengunjuk rasa Israel mendobrak penghalang di sekitar kediaman Netanyahu di Kaisarea.
Nasir Lahm, kepala kantor al-Mayadeen di Palestina yang Diduduki, menggambarkan gelombang protes saat ini sebagai pemberontakan dan bukan pemogokan. Memobilisasi protes Israel.
Protes dimulai setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa mereka telah menemukan enam tahanan tewas di Terowongan Rafah di Jalur Gaza.
Daftar enam identitas fisik tersebut antara lain Hirsch Goldberg Pollen, Uri Danino, Alex Lobanov, Carmel Gate, Eden Yerushalmi, dan Almog Sarosi.
Dalam konferensi tersebut, Netanyahu menjelaskan bahwa keenam sandera tersebut tewas karena Hamas menembak mereka di bagian belakang kepala.
“Para pembunuh ini menggantung enam sandera kami, mereka menembaknya di bagian belakang kepala,” jelasnya. Warga Israel melakukan pemogokan massal
Tak hanya Netanyahu yang protes, demonstrasi tersebut juga meminta pemerintah Israel segera merundingkan kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan sandera Israel.
Banyak warga Israel memblokir jalan-jalan di Tel Aviv dan berdemonstrasi di luar kantor Netanyahu di Yerusalem Barat.
Ini merupakan demonstrasi anti-pemerintah terbesar di Israel sejak perang Gaza dimulai hampir 11 bulan lalu.
Kerumunan tersebut membengkak, sehingga mendorong warga Israel di Tel Aviv menyerukan pemogokan nasional sebagai protes terhadap pemerintahan Netanyahu atas pembunuhan enam sandera Hamas.
Sementara itu, untuk pertama kalinya, federasi serikat buruh terbesar Israel, Histadrut, menyerukan pemogokan umum untuk menekan pemerintah agar menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Begitu pula dengan serikat pekerja di Bandara Ben Gurion, pusat transportasi udara utama Israel.
Mereka mengancam akan menutup operasional bandara mulai pukul 8 pagi waktu setempat pada hari Senin.
Langkah ini bertujuan untuk menutup atau mengganggu sektor-sektor utama perekonomian Israel, termasuk perbankan dan layanan kesehatan.
Selain itu, layanan sipil di Tel Aviv, pusat ekonomi Israel, juga akan ditangguhkan mulai Senin lalu.
“Tanpa kembalinya para sandera, kita tidak akan bisa mengakhiri perang, kita tidak akan bisa membangun kembali diri kita sebagai masyarakat dan kita tidak akan bisa memulai pemulihan perekonomian Israel,” kata asosiasi tersebut kata Ron. Tomer Netanyahu meminta maaf
Menanggapi kemarahan masyarakat yang semakin meningkat, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu akhirnya angkat bicara, meminta maaf kepada jutaan warga setelah terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh keluarga para sandera.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan dia menyesal karena gagal menyelamatkan enam sandera yang ditemukan tewas di sebuah terowongan di Gaza selatan.
“Saya minta maaf karena tidak membawa mereka kembali hidup-hidup,” kata Netanyahu seperti dikutip NYPost.
“Kami hampir melakukannya, tapi kami tidak melakukannya. Hamas akan menanggung akibatnya,” kata Netanyahu.
Tak hanya menyampaikan permintaan maafnya, Netanyahu kemudian meminta maaf kepada keluarga sandera.
Ia menyayangkan gagal menunaikan tugasnya dengan mengembalikan enam sandera yang disandera militan Hamas.