TRIBUNNEWS.COM – Pasca serangan teroris Israel di Lebanon, Tel Aviv mengerahkan pasukan ke perbatasan dengan Lebanon untuk mengantisipasi perang habis-habisan.
Ribuan tentara Zionis Israel (IDF) dilaporkan berasal dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, kemudian dikerahkan ke perbatasan dengan Lebanon, Kamis (19/09/2024).
Hal ini dilakukan IDF untuk mengantisipasi perang habis-habisan dengan gerakan oposisi Lebanon Hizbullah, menurut Al-Jazeera.
Prediksi perang besar berikutnya ini muncul setelah serangan teror dunia maya Israel yang dilakukan dalam dua gelombang pada hari Selasa dan Rabu yang menewaskan sedikitnya 32 warga Lebanon, termasuk anak-anak, dan melukai ribuan orang.
“Radio militer Israel melaporkan bahwa telah diputuskan untuk memindahkan pasukan dari Tepi Barat ke perbatasan dengan Lebanon sambil menunggu berakhirnya perang skala penuh,” kata Al Jazeera.
ABC News juga melaporkan bahwa Israel telah memindahkan pasukan yang kuat ke perbatasan utaranya dalam beberapa hari terakhir.
“Israel telah memperkuat pasukannya di perbatasan dengan Lebanon, dengan kedatangan pasukan kuat pada minggu ini, termasuk mereka yang bertempur di Jalur Gaza,” kata laporan itu.
Situs berita Amerika membicarakan tentang pengerahan Divisi 98 ke perbatasan Lebanon, di mana mereka mengatakan ribuan tentara, termasuk pasukan terjun payung dan artileri, serta pasukan komando elit.
Susunan Pasal 98 juga dibenarkan oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.
“Dalam persiapan perluasan perang melawan Hizbullah di Lebanon selatan,” kata sebuah laporan.
The Wall Street Journal juga mengutip sumber informasi yang mengatakan bahwa serangan teroris siber Israel di Lebanon terjadi bersamaan dengan perpindahan divisi tersebut dari Jalur Gaza ke perbatasan Lebanon.
Sementara itu, radio Israel melaporkan pada 16 September bahwa komandan brigade utara Uri Gordin mengumumkan bahwa pasukannya siap untuk membangun zona aman di sisi perbatasan Lebanon.
Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di dalam pemerintahan Israel atas meningkatnya operasi militer di Lebanon.
Hal ini terjadi pada hari yang sama ketika parlemen Israel bertemu dan memutuskan untuk mengizinkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant memulangkan warga wilayah utara ke rumah mereka untuk dinas militer.
Surat kabar Maariv Israel melaporkan bahwa latihan darurat diadakan di Haifa sehari sebelumnya, yang mensimulasikan berbagai insiden militer, termasuk konflik dengan Lebanon.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)