90 Persen Penyandang Disabilitas di Indonesia Tidak Aktif Bekerja

Dilansir reporter Tribunnews.com Aisa Nursyamsi

TRIBUNNEWS. 

Namun, hak penyandang disabilitas atas pekerjaan yang layak seringkali diabaikan.  

Berdasarkan sensus nasional tahun 2020, terdapat 38,8 juta penyandang disabilitas di Indonesia. 

Namun, indikator pasar kerja Kerjasama Internasional untuk Disabilitas menunjukkan bahwa 90 persen penyandang disabilitas di Indonesia tidak aktif, menganggur, atau tidak mencari pekerjaan. 

Miklos Gaspar, direktur Pusat Informasi PBB (UNIC) di Jakarta, mengatakan.

“Hampir 90 persen penyandang disabilitas di Indonesia tidak aktif bekerja,” kata Miklos, Kamis (5/12/2024). 

Sebagian besar penyandang disabilitas yang bekerja berada di sektor informal. 

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional, sekitar 80 persen penyandang disabilitas muda tidak bisa mendapatkan pekerjaan, pendidikan atau pelatihan.

Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat banyaknya peluang tersembunyi yang dimiliki para penyandang disabilitas.

Namun belum bisa disalurkan dengan baik karena kurangnya akses dan fasilitas.

Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember dan Hari Hak Asasi Manusia pada tanggal 10 Desember, Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia (UNIC) menyelenggarakan acara “Our Rights, Our Future Film Tour”. dan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR), Indonesia. 

“Acara ini tidak hanya tentang solusi, tetapi juga tentang merayakan kemanusiaan dan keragaman kemampuan serta kreativitas individu,” kata Miklos Gaspar. 

Miklos mengatakan seni dan fesyen adalah media yang kuat dan mendorong masyarakat untuk menontonnya. 

Acara bertajuk “Pemberdayaan Disabilitas, Inklusi untuk Semua” ini menampilkan kreativitas para penyandang disabilitas melalui film, seni, dan fesyen.

Acara tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 5-7 Desember 2024 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Acara ini meliputi pemutaran film, pameran seni, peragaan busana inklusif, dan lokakarya. 

Film ini diproduksi bekerja sama dengan Bumilangit Entertainment, Perserikatan Bangsa-Bangsa Persatuan Indonesia (UNAI) dan kampanye “Pekerjaan yang Layak untuk Semua” Organisasi Buruh Internasional (ILO).

Pekan Kreatif Penyandang Disabilitas ini merupakan kerja sama kedua antara PBB dan Bumilangit Entertainment yang dimulai tahun lalu. 

Acara ini menampilkan lebih dari 70 objek dan kegiatan karya penyandang disabilitas di Indonesia, antara lain seni rupa, seni pertunjukan, sejarah lisan, fesyen inklusif, dan teknologi.

Salah satu yang menarik dari Pekan Kreatif tahun ini adalah pemutaran film Sundul Langit, sebuah film yang disutradarai oleh seorang sahabat tunanetra dengan skenario yang ditulis oleh seorang penulis tuna rungu, Basuki. 

Sundul Langit bercerita tentang seorang siswa tunarungu yang merasakan kehidupan di sekolah inklusif. 

“Film ini membuktikan bahwa setiap orang punya cerita dan kemampuan menceritakannya,” kata Basuki dari Sahabat Mata. 

Acara lainnya di peragaan busana Worthy Communities menampilkan desain yang memberdayakan penyandang disabilitas untuk mengekspresikan diri mereka dengan percaya diri. 

Dear Karina Aprilia: “Fashion adalah bahasa universal. 

“Melalui industri fesyen, kami bertujuan untuk mendefinisikan kembali kecantikan dan memungkinkan individu untuk menerima individualitas mereka. “Selain memberikan pembiayaan, kami juga memberikan pendidikan yang unik,” kata Karina. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *