TRIBUNNEWS.COM – Berikut tips mengatasi cuaca panas yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak awal Mei 2024, terlihat 8 persen wilayah Indonesia sudah memasuki masa kemarau.
Saat musim kemarau tiba, suhu udara meningkat, biasanya disebabkan oleh cuaca yang lebih hangat akibat pergantian musim.
Menurut BMKG, fenomena cuaca hangat yang terjadi di Indonesia saat ini disebabkan oleh pemanasan permukaan akibat berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.
Kondisi menyesakkan yang dialami masyarakat Indonesia akhir-akhir ini juga merupakan ciri khas peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Untuk mengatasi cuaca panas di Indonesia, Tribunnews.com telah merangkum sejumlah tips yang bisa dimanfaatkan masyarakat. 9 tips mengatasi cuaca panas
Simak tips yang bisa dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengatasi cuaca panas, dilansir dari situs Kementerian Kesehatan RI. 1. Amati ramalan cuaca harian
Selalu periksa ramalan cuaca harian sebelum memulai aktivitas. 2. Gunakan payung atau topi untuk menutupi kepala
Hindari kontak dengan sinar matahari langsung, gunakan topi atau payung. 3. Kenakan pakaian longgar atau kain tipis
Usahakan memakai pakaian yang ringan dan longgar.
Dan pakaian yang dapat menyerap keringat.
Hindari memakai pakaian berwarna gelap agar tidak menyerap panas. 4. Minum lebih banyak air
Jangan menunggu sampai Anda haus.
Hindari dehidrasi dengan banyak minum air putih. 5. Temukan tempat teduh di luar ruangan
Carilah perlindungan sebanyak mungkin antara jam 11 pagi dan 3 sore. 6. Buka jendela agar udara masuk. Buka jendela agar rumah tetap sehat (khusus)
Jangan tinggalkan siapa pun di dalam kendaraan saat sedang diparkir.
Dengan jendela terbuka dan tertutup. 7. Gunakan kipas angin dan pendingin
Selain menyalakan AC dan kipas angin, sediakan botol semprot berisi air dingin di dalam kendaraan. 8. Gunakan tabir surya atau tabir surya SPF 30+.
Sebelum keluar rumah, oleskan tabir surya dengan SPF minimal 30 pada kulit yang terbuka.
Karena minuman ini mudah menghilangkan dahaga. Penjelasan BMKG tentang penyebab demam
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menegaskan cuaca panas yang dialami Indonesia belakangan ini bukan akibat gelombang panas.
Berdasarkan karakteristik dan indeks statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG.
Peristiwa cuaca panas ini tidak bisa didefinisikan sebagai gelombang panas.
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan, kondisi laut di sekitar Indonesia menyebabkan peningkatan kecepatan angin akibat suhu laut yang hangat dan topografi pegunungan.
Oleh karena itu, kenaikan suhu ekstrem dapat diatasi dengan curah hujan melimpah yang mendinginkan permukaan secara berkala.
Alhasil, kepulauan Indonesia tidak mengalami gelombang panas. Kamis (14/03/2024) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. (Tribunnews.com/Cherul Umam)
Menurut Dwikorita, peningkatan suhu yang terjadi disebabkan oleh pemanasan permukaan akibat berkurangnya tutupan awan dan berkurangnya curah hujan.
Mirip dengan kondisi “mencekik” yang dialami masyarakat Indonesia belakangan ini.
Hal ini juga merupakan hal yang biasa terjadi pada masa peralihan dari musim hujan ke masa kemarau, sebagai kombinasi dari pengaruh panas permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada masa peralihan tersebut.
Berdasarkan pantauan BMKG, banyak wilayah yang akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024.
Seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian Jawa, sebagian Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, dan sebagian Papua Timur dan Selatan.
(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)