9,9 Juta Gen Z yang Masih Nganggur Disarankan Gabung Program Kartu Prakerja

Laporan reporter Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan hampir 10 juta atau 9,9 juta penduduk usia 15-25 tahun tidak mengikuti pendidikan, pekerjaan, dan pelatihan atau menganggur pada tahun 2021-2022.

Dari jumlah tersebut, generasi muda pengangguran didominasi oleh perempuan yang berjumlah 5,73 juta orang. Sedangkan 4,17 juta lainnya merupakan generasi muda.

Usia 15-25 tahun menunjukkan bahwa penduduknya adalah Generasi Z. Gen Z adalah orang yang lahir pada tahun 1997-2012.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian menyarankan hampir 10 juta generasi Z yang menganggur untuk mengikuti Program Kartu Prakerja.

Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kementerian Koordinator Perekonomian Chairul Saleh menilai program Kartu Prakerja bisa menjadi solusi.

“Ini akan tiba, ya. Lulusan yang tidak kerja itu kita masukkan, pokoknya,” ujarnya dalam siaran pers di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Rabu (12/6/2024).

Katanya, generasi Z banyak yang masuk angkatan kerja produktif, karena jika mereka menganggur dan mengikuti Program Kartu Prakerja, mereka bisa meningkatkan keterampilan (upgrade) dan lain-lain.

Ketua mengatakan, inilah semangat Program Kartu Prakerja untuk membantu masyarakat seperti Gen Z.

Oleh karena itu, beliau bisa terus melakukan upgrade skill, menambah keterampilan, atau reskill. Semangat Kartu Prakerja kita bisa mencapai hal tersebut, kata Ketua.

Ia menjelaskan, salah satu syarat prakerja adalah tidak sedang menempuh pendidikan formal atau bekerja.

Dikatakannya, Program Kartu Prakerja memberikan berbagai jenis pelatihan terkini sesuai dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.

Ketua juga menyampaikan bahwa program Kartu Prakerja dilakukan secara transparan. “Platform pra-kerja penerapan digitalisasi di sektor publik ini merupakan yang pertama. Ini dikoordinasikan langsung oleh Kementerian Koordinator [perekonomian],” jelas Ketua.

“Ini dilakukan secara digital end to end, service on demand, semuanya serba transparan, APBN tidak ditandatangani atau dipublikasikan di KL mana pun, tapi langsung dari BA Menkeu, langsung ke e-wallet. rekening penerima,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *