70 Juta Perokok Aktif di RI, Pakar Kesehatan: Perlu Pendekatan Pentahelix Turunkan Angka Prevalensi

Laporan jurnalis Tribunnews.com Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Data Survei Kesehatan Nasional (SKI) tahun 2023 yang dilansir Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan jumlah perokok aktif mencapai 70 juta orang.

Dokter sekaligus psikolog klinis dewasa Nuran Abdat mengatakan pendekatan pentaspiral berkat kerja sama seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah, ilmuwan, masyarakat, media, dan pelaku usaha menjadi solusi bagi perokok dewasa untuk memiliki peluang perubahan. kebiasaan merokok, sekaligus mengurangi risikonya.

Menurutnya, penurunan prevalensi merokok tidak hanya sekedar fokus pada kecanduan perokok.

Namun peran semua bidang ilmu pengetahuan, serta pelaku industri dan konsumen, dalam bekerja sama meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif tembakau.

Pilihan ini patut dihadirkan karena banyak perokok dewasa yang kesulitan berhenti merokok.

“Mengurangi kebiasaan merokok tidak hanya berfokus pada ketergantungan perokok. “Namun, peran semua bidang ilmu pengetahuan, termasuk pemerintah, profesional kesehatan, serta pemangku kepentingan industri dan konsumen, adalah bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi dampak negatif tembakau melalui pendekatan alternatif,” kata Nooran kepada wartawan. . Pada hari Kamis. (04/07/2024).

Nooran menjelaskan, merokok dalam jangka panjang menjadi tantangan dalam menurunkan prevalensi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan perilaku perokok dewasa yang kesulitan menghentikan kebiasaan tersebut, dan beralih ke produk tembakau alternatif yang dari sudut pandang ilmiah memiliki profil risiko yang lebih rendah.

Misalnya, mengatasi produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau alat penguap dan produk tembakau yang dipanaskan.

“Pendekatan alternatif yang menggunakan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik atau vape dan produk tembakau yang dipanaskan, berpotensi mengurangi prevalensi merokok. “Saya berharap kedepannya kita bisa bersama-sama mengevaluasi penggunaan produk ini dengan risiko yang lebih kecil,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Garindra Kartasasmita mengatakan, untuk menurunkan prevalensi merokok, diperlukan partisipasi lintas sektor, dimana edukasi dan solusi dapat menjadi langkah awal.

“Kami berharap pemerintah dapat berperan dalam memberikan informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif,” kata Garindra.

Meski risikonya lebih kecil dibandingkan rokok, produk tembakau alternatif, kata Garindra, hanya diperuntukkan bagi perokok dewasa, bukan bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, ibu hamil dan menyusui, serta bukan perokok.

“Produk tembakau alternatif dapat digunakan untuk mengurangi prevalensi merokok di kalangan perokok dewasa, sehingga pada akhirnya menghemat biaya masyarakat terkait dengan beban kesehatan akibat merokok,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *