TRIBUNNEWS.COM – Tujuh petisi yang dibuat di situs change.org terkait khatib dan Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Umat Beragama dan Pengembangan Sarana Keagamaan, Miftah Maulana Habiburrahman, telah mendapat 222.107 tanda tangan.
Petisi ini berisi seruan agar Miftah Maulana dicopot dari jabatan Utusan Khusus Presiden setelah ia menghina penjual es teh asal Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang bernama Sunhaji saat berpidato pada 20 November 2024.
Salah satu petisi yang paling banyak ditandatangani bertajuk “Copot Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden”.
Hingga Jumat (12/6/2024), pukul 24:24 WIB, sudah terkumpul 209.908 tanda tangan.
Petisi yang dibuat akun bernama “Prabowo Subianto” itu mendesak agar Miftah Maulana dicopot dari jabatannya karena ucapannya dinilai tak pantas dilontarkan Sunhaji.
“Terlepas dari pro dan kontranya, tampaknya tidak pantas bagi seseorang yang banyak berbicara tentang agama untuk mengucapkan kata-kata kasar kepada siapa pun di depan umum,” bunyi petisi tersebut.
Dengan kejadian tersebut, laporan tersebut mempertanyakan apakah Miftah Maulana masih layak menjadi pegawai negeri.
Petisi tersebut juga terkait dengan pidato Presiden Prabowo Subianto terkait anak.
“Dalam pidato Anda sangat jelas bahwa Anda sangat menghormati dan menghargai mereka yang berprofesi sebagai pedagang, pembuat bakso, nelayan, dan pekerja di masyarakat menengah lainnya. Yang bekerja dan mencari uang secara halal,” tulisnya.
Laporan ini juga menyerukan agar Miftah Maulana dicopot dari jabatannya karena khawatir akan mencoreng pemerintahan Prabowo.
Peristiwa penghinaan yang dilakukan Miftah ini dilihat dari laporan tersebut sebagai demonstrasi karakternya sebagai manusia.
“Apa yang dilakukan Gus Miftah merupakan cerminan karakternya, karena hal seperti ini terjadi berulang kali. Oleh karena itu, agar pangkatmu sejajar dengan bapakmu, segera singkirkan Gus Miftah! dia menyimpulkan.
Sementara enam petisi lainnya juga memiliki isi hampir sama, yakni desakan untuk mencopot Miftah Maulana dari jabatannya dengan judul “Copot Gus Miftah dari jabatan Utusan Khusus Presiden”, “Copot Gus Miftah dari jabatan Staf Khusus Presiden”. , dan “Mendesak Gus Miftah atau Miftah Maulana Habiburrahman mundur dari jabatannya.”
Lalu ada petisi bertajuk “Copot Gus Miftah”, “Tolak Gus Miftah yang senang mempermalukan manusia lain”, “Copot Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden”, dan “Evaluasi Kembali Kelayakan Gus Miftah sebagai STAFSUS Presiden”.
Terkait tekanan seperti itu, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Ujang Komarudin mengatakan hal itu merupakan hak prerogratif Prabowo sebagai presiden.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan, ketika Miftah Maulana hendak mengundurkan diri sebagai Utusan Khusus Presiden, itu adalah hak pribadinya.
Soal apakah Ketua Umum (Gus Miftah) akan mundur, tanyakan pada yang bersangkutan.
Soal apakah dia harus dimakzulkan atau tidak, itu hak prerogratif presiden, ujarnya kepada Tribubunnews.com, Rabu (12/4/2024).
Sebelumnya, sebuah video rekaman momen Gus Miftah menghina penjual es teh saat berdakwah di tabligh akbar di Magelang, Jawa Tengah, viral di media sosial.
Awalnya, Gus Miftah bertanya kepada penjual es teh tersebut tentang dagangannya.
“Es tehmu enak? Masih? Iya kono diol*** (Es tehnya masih banyak nggak? Masih ya, sedang dijual. Jadi disensor)” kata Gus Miftah dari panggung menuju es penjual teh.
“Dol’en ndisik ngko lak rung payu, wis, takdir (Jual dulu, nanti kalau tidak laku ya sudah takdir),” lanjutnya.
Penghinaan yang disebut Gus Miftah sebagai candaan itu pun membuat penonton tertawa.
Sementara dalam video, kamera menatap langsung ke arah pria penjual es teh yang hanya terdiam sambil membawa es tehnya.
Usai videonya viral, akun Instagram Gus Miftah pun langsung dibanjiri hujatan dari warganet.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Gus Miftah dan kontroversinya