7 Fakta Baru Remaja Wanita Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Hilangkan Jejak Hingga Bersandiwara

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Muncul tujuh fakta baru dalam kasus gadis remaja yang membunuh ayah kandungnya di Doran Sweet, Jakarta Timur.

Ketujuh fitur baru tersebut meliputi waktu dan urutan pembunuhan, jumlah pelaku, motif pelaku, dan sifat pelaku.

Diketahui, pada Jumat (21/6/2024) malam, seorang pria ditemukan tewas di kiosnya, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Jenazah korban berinisial S ditemukan tewas bersimbah darah, tergeletak telentang dan ditutupi handuk.

Di tubuh korban terdapat dua luka.

Tak lama kemudian, polisi menangkap pelaku yang merupakan anak sepupu korban berinisial K (17) tak jauh dari lokasi kejadian.

Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukumannya maksimal 15 tahun penjara.

Berikut tujuh fakta baru pembunuhan remaja putri yang membunuh ayah kandungnya di Doran Suite:

1. Dipastikan pelakunya adalah orang yang sama

Dulu beredar rumor bahwa ada dua orang yang membunuh seorang penjual furnitur.

Namun polisi kemudian memastikan hanya satu orang yang terlibat.

Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Titus Yudho Uly mengatakan, K ditangkap di sebuah masjid di Jalan Baitul Latif, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu (22/6/2024).

AKBP Titus Yudho Uly saat diwawancara, Senin (24/6/2024) mengatakan: “Pidananya hanya satu, kalau pihak lain bilang ada 2, silakan setuju dengan pihak itu.”

“Awalnya kami hentikan dan periksa sesuai kebenaran penyidikan, ada satu orang yang terlibat,” tegasnya.

Saat ini pelaku yang merupakan seorang perempuan masih dalam pemeriksaan.

2. Korban dibunuh dalam tidurnya

Pelaku K membunuh ayah kandungnya, pada Rabu (19/6/2024).

Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun membunuh ayahnya dengan pisau dapur.

Paul Ada Ari Siam Inderdi, Direktur Humas Metro Fulda, Gia Coombs mengatakan, pelaku menikam korban sebanyak dua kali.

Di Mapolres Metro Jia, Ada Ari mengatakan, “Setelah tersangka menikam korban pertama, berdasarkan keterangan tersangka, korban melakukan perlawanan.”

Saat itu, korban menampar tangan pelaku.

Karena masih ada perlawanan, K kemudian menembak jenazah ayah kandungnya untuk kedua kalinya hingga korban meninggal.

“Bahkan, mereka menemukannya ditikam sebanyak dua kali,” katanya.

Usai melakukan pembunuhan, K. meninggalkan tempat itu sambil membawa ponselnya.

3. Pelaku dikutuk oleh korban

Coombs Ade Ari Siam Inderdi mengatakan, pelaku berniat menghabisi nyawa ayah kandungnya karena terluka.

K. mengaku kepada polisi bahwa dirinya sering dihina dan terkadang dianiaya secara fisik.

“Penyidik ​​mengetahui (pelaku membunuh korban) karena disakiti, dihina, kadang dipukul,” kata Ada Ari.

Berdasarkan keterangan K, ia kerap dituduh mencuri barang milik korban dan mengaku sebagai anak haram.

Bahkan korban mengaku sebagai anak haram, ujarnya.

Diketahui, selama ini pelaku tinggal bersama ayah dan saudara laki-lakinya di sebuah kios tempat ia berjualan peralatan.

Ibu tersangka dan istri korban sudah terasing, ujarnya.

Hal ini sesuai dengan ucapan Kepala Bagian Hukum di lokasi kejadian, Komrodin.

Komrodin melaporkan, menurut pekerja yang bekerja di kios korban, ayah dan anak tersebut sering bertengkar.

Pertengkaran antara ayah dan anak selalu berkisar pada uang.

Katanya pelaku sering mengambil uang korban dan biasanya setelah menerima uang tersebut pelaku meninggalkannya.

K akan kembali ke kios jika uangnya habis. Tidak jelas untuk apa uang tersebut dibelanjakan.

Komrodin berkata: “Kalau uangnya habis, kembalilah. Menurut para pekerja dan pedagang di sana, kadang (K) suka menginap, kadang suka keluar tiga hari, seminggu tidak pulang.”

4. Perbuatan pencarian jenazah korban

Sebelum ditangkap, K berpura-pura tidak mengetahui ayah kandungnya telah meninggal.

Dia tiba di lokasi kejadian dan percaya bahwa dia telah menerima seorang teman yang mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal dunia.

Kompol Ada Ari Siam Inderdi mengatakan, “Berdasarkan keterangan penyidik, dia pura-pura tidak tahu. Pasalnya, dia mendapat kabar dari temannya bahwa ayahnya meninggal dunia.”

Terpisah, pengelola tempat, Komrodin mengatakan, pada malam terakhir korban terlihat, K terlihat keluar masuk kios sebanyak empat kali.

“Ada warga yang melihat mereka keluar masuk kios sebanyak empat kali dan pergi ke minimarket. Tapi tidak tahu kenapa,” kata Komrodin.

Namun warga tidak curiga karena Ses sudah dua bulan menyewa kios tersebut dan tinggal bersama kedua putrinya.

Selain itu, saat kejadian tidak terdengar suara atau kebisingan dari kios tempat korban ditemukan tewas.

5. Cuci setrika untuk menghilangkan bekasnya

K diketahui membersihkan pisau dapur yang digunakan untuk membunuh ayah kandungnya.

Ia sengaja mencuci setrika tersebut untuk menghilangkan bekasnya.

“Saya ambil pisau dapur dari dapur, saya tikam, saya tikam, lalu saya tikam dua kali, lalu saya mandikan. Baby K mencucinya,” kata Ada Ari.

Polisi kini telah mengambil pisau itu sebagai barang bukti.

Polisi juga menguji logam tersebut di laboratorium.

“Pisau tersebut telah diuji di laboratorium untuk memastikan bahwa darah pada pisau tersebut adalah darah korban,” ujarnya.

6. Tunggu sampai kabin tenang sebelum membunuh ayah bayimu

Diketahui, K beroperasi sendirian saat kios sedang sepi.

K. membunuh ayahnya usai menghadiri kios dan pembukaan toko pada Rabu (19/6/2024) dini hari.

“Saat itu di dalam rumah (kios) ada korban, tersangka K., dan saudara laki-laki tersangka K.S. Ini perempuan berusia 16 tahun dan juga anak korban,” Ada Ari.

Tak lama kemudian, saudara laki-laki K pun meninggalkan toko tersebut, meninggalkan tersangka dan korban.

Ketika keadaan sudah tenang, K mengakhiri hidup ayahnya.

7. Status pemain

Diketahui, K dan kakaknya putus sekolah.

Keduanya tinggal bersama ayahnya setelah orang tuanya berpisah.

Para pemerhati lingkungan tidak yakin mengapa kedua korban putus sekolah.

Pasalnya, S dan kedua anaknya baru menyewa kios tersebut dua bulan lalu.

Berdasarkan data statistik kependudukan dan pencatatan sipil, S masih tercatat sebagai warga Pasar Mingo, Jakarta Selatan.

“Menurut laporan, anak-anak tersebut sudah tidak bersekolah lagi. Saya tidak yakin karena almarhum hanya dua bulan di sana. Tapi pekerja itu bersama almarhum selama dua bulan,” kata Direktur RW Center di lokasi kejadian. . Itu terjadi, Komrodin.

Secara terpisah, tetangga S, Russo (52), mengetahui bahwa K sehari-harinya tinggal di jalanan.

Ia biasa bekerja sebagai pengamen di Depok, Jawa Barat. 2024).

K disebut-sebut jarang kembali ke kios milik S untuk berjualan peralatan rumah tangga.

(tribunnews.com/abdi/tribunjakarta.com/bima/Annas Furqon Hakim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *