7 Bahaya Kandungan Merkuri di Kosmetik, Mulai Iritasi Kulit, Ginjal Kronis hingga Keracunan

TRIBUNNEWS.COM – Merkuri merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Merkuri dapat ditemukan pada berbagai produk, termasuk kosmetik.

Produk kecantikan yang mengandung merkuri umumnya diklaim dapat mencerahkan kulit dan menghilangkan jerawat dengan cepat.

Namun penggunaan produk kosmetik yang mengandung merkuri dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan.

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia yang terbit Sabtu (5/11/2024) menyajikan 7 bahaya kandungan merkuri pada kosmetik.

1. Iritasi dan dermatitis pada kulit

Kebanyakan kosmetik diaplikasikan langsung ke kulit manusia.

Padahal kulit berperan sebagai penghalang atau pelindung dari lingkungan luar.

Namun, beberapa bahan, seperti merkuri dalam kosmetik, bisa menembus kulit.

Faktanya, merkuri juga dapat mencapai organ vital melalui sirkulasi sistemik 30 dan menunjukkan toksisitas jangka pendek dan jangka panjang.

Paparan senyawa merkuri pada kulit dapat menyebabkan iritasi, dermatitis, dan reaksi alergi.

2. Sindrom ginjal kronik hingga nefritik

Produk kosmetik yang mengandung merkuri menyebabkan merkuri menumpuk di tubulus ginjal dan menimbulkan gejala yang parah.

Bukti menunjukkan adanya hubungan antara paparan merkuri dan nekrosis tubular akut, penyakit ginjal kronis, kanker ginjal, dan sindrom nefritik.

3. Sistem hormonal

Merkuri cenderung mengubah patofisiologi sepanjang sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sumbu gonad, yang dapat mengganggu fungsi reproduksi dengan mengedarkan kadar hormon perangsang folikel (FSH), inhibin, estrogen, progesteron, hormon luteinizing, dan androgen.

Pada pria, merkuri dapat mempengaruhi spermatogenesis, jumlah sperma epididimis, dan berat testis.

4. Keracunan

Efek klinis keracunan merkuri bergantung pada sifat dan jenis paparan.

Kerusakan neurologis, gastrointestinal, dan ginjal sangat umum terjadi akibat paparan racun dan juga dipengaruhi oleh metode paparan.

Rasa logam di mulut disertai rasa haus, mual, muntah, diare, sakit perut, dan anoreksia merupakan gejala umum.

Garam yang mengandung merkuri menimbulkan korosi pada saluran pencernaan dan menyebabkan hematemesis, hematochezia, tenesmus, peningkatan air liur, diare berdarah, radang usus besar dan nekrosis mukosa usus.

5. Gangguan pada sistem saraf Presentasi gangguan pada sistem saraf

Bahaya merkuri lainnya adalah dapat mengganggu kerja sistem saraf.

Paparan yang terlalu lama dan berkepanjangan dapat menyebabkan penumpukan pada sistem saraf pusat dan menyebabkan neurotoksisitas.

Efek merkuri yang paling mengkhawatirkan pada sistem saraf adalah gangguannya terhadap produksi energi.

Hal ini karena merkuri merusak proses detoksifikasi sel dan menyebabkan sel mati atau hidup dalam keadaan kekurangan gizi kronis.

Gejala neuropsikiatrik yang paling umum dari keracunan merkuri anorganik termasuk sakit kepala, kelemahan, depresi, pusing, agitasi atau kecemasan, kelelahan, dan mudah tersinggung.

Selain itu, merkuri juga dapat menyebabkan nyeri pada punggung, persendian, dan anggota badan.

6. Merusak DNA

Paparan merkuri pada tingkat sel akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran dan struktur makromolekul.

Hal ini disebabkan afinitasnya terhadap gugus sulfhidril dan gugus tiol, yang menyebabkan kerusakan DNA.

7. Sangat berbahaya bagi ibu hamil dan menyusui. Ilustrasi ibu hamil (Freepik)

Merkuri dapat masuk ke janin melalui plasenta atau bayi melalui ASI.

Hal ini dapat menyebabkan konsekuensi nefrologis atau neurologis permanen.

Penggunaan krim pemutih kulit yang mengandung merkuri setiap hari di bagian belakang leher pada tikus mengakibatkan akumulasi merkuri di ovarium yang bergantung pada dosis.

Anak yang terpapar merkuri dalam kandungan mengalami kelainan perkembangan.

Anak-anak ini memiliki gejala yang beragam, antara lain gangguan gerak serta kelainan sensorik dan mental.

Selain itu, karena merkuri merupakan racun saraf, maka dapat menyebabkan kelainan serius pada janin jika ibu hamil menggunakan kosmetik yang mengandung merkuri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hiperpigmentasi selama kehamilan atau menyusui meningkatkan penggunaan krim pemutih kulit yang mengandung merkuri pada ibu hamil dan menyusui.

(Tribunnews.com/Bangkit N)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *