TRIBUNNEWS.COM – Pada Minggu (1 September 2024), ribuan warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv, Yerusalem, dan kota-kota lainnya.
Mereka diliputi amarah dan kesedihan setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza.
Menurut Reuters, jumlah warga Israel yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut mencapai 500.000 orang.
Para pengunjuk rasa menuntut gencatan senjata segera dengan Hamas dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: “Sekarang! Sekarang!”
Selain itu, ia menuntut pengembalian 101 sandera yang ditahan oleh Hamas dengan selamat.
Menurut para pejabat Israel, sepertiga dari sandera yang disandera oleh Hamas diyakini telah tewas.
Aksi massa tersebut tampaknya merupakan demonstrasi terbesar dalam 11 bulan sejak serangan tersebut, seperti dikutip AP News.
Meskipun negara ini masih terpecah belah, situasinya tampaknya akan berbalik, kata para pengunjuk rasa. Seorang wanita memegang tanda sebagai kerabat dan pendukung sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza setelah serangan militan Hamas Palestina pada 7 Oktober 2024, mengibarkan bendera dan poster selama demonstrasi di luar kantor perdana menteri di Yerusalem setelah pengumuman Israel pada bulan September 1 Agustus 2024. Tentaranya menemukan mayat enam sandera di terowongan di Jalur Gaza. (Foto: Ahmed Gharbali / AFP) (AFP/Ahmed Gharbali)
Mereka memblokir jalan dan melakukan protes di depan kediaman Perdana Menteri.
Foto udara menunjukkan jalan raya utama Tel Aviv dipenuhi pengunjuk rasa yang membawa bendera bergambar para sandera yang terbunuh.
Pada Minggu malam, beberapa pengunjuk rasa membubarkan konvoi polisi di jalan raya Aylon.
Beberapa orang naik ke bus dan tong sampah untuk melihat parade dengan lebih jelas.
Sementara itu, yang lain mengepung pria yang mengenakan topeng Netanyahu sambil meneriakkan, “Hidup, hidup, kami ingin dia hidup.”
Salah satu pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan, “Anda adalah pemimpinnya. Kamu bersalah.”
Massa juga mengumandangkan slogan-slogan seperti ‘Polisi, siapa yang dilindungi polisi?’ dan “malu, malu.”
Beberapa orang menyalakan api di jalan-jalan dan mengibarkan pita kuning sebagai tanda solidaritas terhadap para sandera.
Polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa yang menghalangi jalan.
Selain itu, polisi menangkap 29 pengunjuk rasa.
Sementara itu, serikat buruh besar Israel, Histadrut, menyerukan pemogokan umum pada Senin (2 September 2024).
Tujuannya adalah untuk menutup atau mengganggu sektor-sektor ekonomi utama, termasuk perbankan, layanan kesehatan, dan bandara utama negara tersebut.
Seperti dilansir BBC, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkap enam jenazah telah ditemukan pada Sabtu (31/8/2024) dini hari.
Mayat-mayat itu ditemukan di terowongan bawah tanah di kawasan Rafah, Gaza selatan.
Para sandera diidentifikasi sebagai Carmel Gatt, Eden Yerushalmi, Hersh Goldberg-Paulin, Alexander Lobanov, Almog Sarusi dan Sersan Utama Ori Danino.
Menurut IDF, dia meninggal beberapa saat sebelum tentara mencapainya di terowongan.
(mg/Putri Amalia Bi Pitasari)
Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS).