TRIBUNNEWS.COM – Rusia menyerang struktur militer di kota Poltava di Ukraina tengah dengan dua rudal balistik pada Selasa (3/9/2024).
Serangan ini dikenal sebagai serangan paling mematikan dalam perang tahun ini.
Hingga Selasa malam, sedikitnya 51 orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.
Gubernur Poltava Filip Pronin mengatakan, 18 orang mungkin masih tertimbun reruntuhan.
Pronin juga mengumumkan 219 orang terluka dan 10 gedung apartemen rusak akibat penyerangan tersebut.
Lebih dari 150 orang mendonorkan darahnya untuk korban luka.
Pronin menyebut insiden itu sebagai “tragedi besar” bagi wilayah tersebut dan seluruh Ukraina.
Ia pun menyatakan tiga hari berkabung mulai Rabu (4/9/2024).
Pronin menulis di Telegram, dikutip AP News:
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi serangan itu di saluran Telegramnya.
“Diketahui ada orang-orang di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh,” kata Zelensky, seperti dikutip Reuters. katanya.
“Segala upaya dilakukan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.”
“Sampah Rusia pasti bertanggung jawab atas serangan ini.”
Zelensky memerintahkan penyelidikan segera dan mengatakan bahwa serangan itu merusak gedung Pusat Komunikasi Militer.
Sekolah tersebut melatih petugas dalam peralatan komunikasi dan elektronik, serta operator drone.
Sekolah ini juga memperkuat keterampilan lain yang penting dalam perang di mana kedua belah pihak berjuang untuk menguasai ruang peperangan elektronik.
Kremlin tidak segera mengomentari serangan tersebut.
Tidak jelas apakah kematian dan cedera tersebut hanya terjadi pada tentara Ukraina, seperti kadet kolom sinyal, atau termasuk warga sipil.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS).