TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan India melaporkan 51 kasus terkonfirmasi virus Chandipura di Gujarat, India, China (1/8/2024).
Virus yang menyerang otak ini dipastikan menyerang masyarakat di Gujarat, termasuk anak-anak.
Gujarat merupakan wilayah yang paling parah terkena dampaknya, terutama dengan tujuh kematian di Panchmahal dan enam kematian di Ahmedabad.
Menurut Indian Express, wabah ini dimulai di Gujarat bulan lalu ketika rumah sakit setempat mulai melaporkan kasus sindrom ensefalitis akut (AES), yaitu peradangan otak yang biasanya disebabkan oleh penyakit seperti demam berdarah, ensefalitis Jepang, dan lain-lain.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua penderita AES mengidap virus Chandipura.
Menurut kementerian, sekitar 148 kasus AES dilaporkan di empat negara bagian pada bulan Juni dan Juli.
Dari 148 kasus AES, 140 kasus berasal dari Gujarat, empat kasus dilaporkan dari Madhya Pradesh, tiga kasus dari Rajasthan, dan satu kasus dari Maharashtra.
59 dari 148 kasus meninggal sehingga angka kematiannya mencapai 40 persen.
Sementara itu, wabah AES yang melanda Gujarat mengalami penurunan jumlah kasus pada 19 Juli.
“Penurunan kasus AES baru yang dilaporkan setiap hari kini sudah terlihat mulai 19 Juli 2024,” kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dr. Atul Goel dalam survei Kementerian Kesehatan.
Karena Gujarat telah mengadopsi berbagai langkah kesehatan untuk memerangi wabah yang disebarkan oleh beberapa vektor seperti lalat dan kutu.
Langkah-langkah ini mencakup penyemprotan insektisida, kesadaran masyarakat, peningkatan pengobatan lini pertama oleh tenaga medis, dan rujukan kasus yang tepat waktu ke pusat kesehatan.
Menurut NDTV, Tim Respon Gabungan Nasional (NJORT) juga telah dikerahkan untuk membantu pemerintah Gujarat dalam upaya ini.
Tim ini akan membantu penerapan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan analisis rinci mengenai wabah tersebut.
Diketahui virus ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1965 di desa Chandipura di Maharashtra, India.
Virus ini merupakan anggota keluarga Rhabdoviridae dan diketahui menyebabkan kasus dan wabah sporadis di India bagian barat, tengah, dan selatan, terutama pada musim hujan.
Virus yang terutama menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun ini dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian parah.
Salah satu ciri utamanya adalah kondisi orang yang terinfeksi memburuk dan terkadang kematian terjadi dalam waktu 24 jam setelah timbulnya gejala.
Meskipun tidak ada obat khusus untuk virus Chandipura, pengobatan dini dan rujukan tepat waktu ke rumah sakit ketika gejala muncul dapat mengurangi risiko kematian.
(mg/mililiter)
Penulis adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS)