5 Fakta Seputar Aksi Demonstrasi Buruh Geruduk Istana Tolak Tapera, Dimana Jokowi?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aksi penolakan Kebijakan Tabungan Perumahan Sosial (Tapera) dilakukan massa di depan Istana Negara pada Kamis (6/6/2024).

Ketua Umum Partai Buruh Saeed Iqbal mengatakan, agenda aksi hari ini adalah menolak program Tapera.

Para buruh berkumpul di depan Balai Kota Jakarta sebelum mendekati Istana Negara.

Berikut lima fakta yang dihimpun Tribun soal demonstrasi buruh menolak Tapera: 1. Mengajukan lima tuntutan

Iqbal mengatakan ada lima tuntutan yang mereka ajukan dalam aksi unjuk rasa ini.

Selain menolak Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tapera, aksi hari ini juga mengenai penolakan Biaya Pendidikan Seragam (UKT) yang mahal, KRIS BPJS Kesehatan, Omnibus Act UU Cipta Kerja dan keharusan melakukan outsourcing/menghapuskan penolakan terhadap Tapera. upah rendah. (hostum).

Ribuan buruh yang akan melakukan aksi ini berasal dari Jabodetabek dan berbagai organisasi serikat pekerja seperti KSPI, KSPSI, KPBI, ​​​​serta Serikat Tani Indonesia (SPI) dan organisasi perempuan PERCAYA, kata Iqbal.

Menurut Iqbal, Tapera merugikan dan membebani pekerja dalam menjalankan tugasnya.

Karena bahkan setelah sepuluh hingga dua puluh tahun berkontribusi, karyawan masih ragu apakah mereka bisa memiliki rumah.

Menurut dia, di Tapera pemerintah dinilai sudah kehilangan tanggung jawab di bidang perumahan.

Sebab, pemerintah hanya berperan sebagai pemungut pajak dan tidak mengeluarkan uang dari APBN atau APBD.

Persoalan lainnya adalah dana Tapera rawan korupsi, serta ketidakjelasan dan kompleksitas pencairan dana, lanjutnya.

Soal penolakan UKT yang mahal, lanjutnya, anak-anak pekerja sulit memimpikan pendidikan tinggi karena biaya yang terus meningkat.

Sedangkan untuk Kamar Rawat Inap Standar (KRIS), Iqbal menilai kebijakan tersebut justru menurunkan kualitas layanan kesehatan dan semakin memperburuk pelayanan di rumah sakit yang sudah overcrowded.

Para pekerja menuntut pemerintah merevisi kebijakan ini dan menjamin layanan kesehatan yang adil dan layak bagi semua orang.

Terkait UU Cipta Kerja, buruh masih menilai aturan tersebut merupakan simbol ketidakadilan yang melegalkan eksploitasi.

Fleksibilitas tenaga kerja melalui kontrak yang semakin longgar dan outsourcing hanya memudahkan pengusaha untuk memperlakukan pekerja hanya sebagai alat produksi dan bukan sebagai manusia yang mempunyai hak dan martabat.

Undang-Undang Ketenagakerjaan juga menyebabkan upah murah, tunjangan rendah, PHK mudah, jam kerja fleksibel, dan bahkan penghapusan berbagai hukuman pidana.

“Jangan lupa, pada aksi 6 Juni lalu, para buruh juga menuntut agar Outsourcing Tolak Upah Rendah (HOSTUM) dihapuskan,” lanjutnya.

Sistem alih daya (outsourcing) yang tidak memberikan jaminan kerja dan upah yang memadai diyakini telah menempatkan pekerja pada situasi yang semakin sulit. 2. Ditemani 1.416 petugas polisi

Sebanyak 1.416 aparat kepolisian mengawal aksi demonstrasi besar-besaran buruh yang menolak kebijakan Tapera di luar Istana Negara pada Kamis (6/6/2024).

Polisi juga menerapkan teknologi lalu lintas situasional.

Kapolres Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro mengungkapkan, personel yang dikerahkan merupakan gabungan dari Polres Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya.

Skenario lalu lintas yang mungkin terjadi adalah penutupan jalan.

Namun polisi tidak melakukan penutupan jalan jelang demonstrasi ribuan buruh pada Kamis pagi (6/6/2024).

“Rekayasa lalu lintas bersifat situasional, mengingat eskalasi di lapangan,” kata Susatyo Purnomo Kondro.

Susatyo mengatakan, jika massa bertambah dan situasi memanas, polisi akan menutup sejumlah jalan di sekitar lokasi demonstrasi.

Beberapa ruas jalan yang akan ditutup adalah: kawasan traffic light (TL) Harmoni arah Jalan Merdeka Barat; Jalan Perwira ke Jalan Merdeka Utara; Jalan Abdul Muis dan Jalan Merdeka Selatan; Area lampu lalu lintas Sarinah dan lalu lintas ke Jalan Merdeka Barat. 3. Tanggapan istana

Pihak Istana melalui Menteri Luar Negeri Pratikno mengaku belum mengetahui adanya rencana aksi unjuk rasa buruh yang memprotes Tapera yang dinilai membebani buruh.

“Belum, belum,” kata Pratikno, Kamis (6/6/2024) di gedung Sekretariat Negara. Menteri Negara Pratikno di gedung Sekretariat Negara, Kamis (30/5/2024). (Tribunnews.com/Taufiq Ismail)

Pratikno mengatakan, mereka akan menanyakan ke kementerian dan lembaga mengenai permasalahan yang diangkat buruh. Diantaranya adalah Kementerian Sumber Daya Manusia dan Kementerian PUPR.

“Nanti saya cek. Ke kementerian lembaga terkait. Jangan sampai kami tahu, kementerian terkait lah yang tahu,” ujarnya. 4. Bersiaplah untuk tindakan lebih lanjut minggu depan

Demonstrasi menolak Tapera yang dihadiri lebih banyak massa akan terjadi pada 20 Juni 2024.

Syed Iqbal menegaskan, jika pemerintah terus menerapkan mekanisme Tapera dalam waktu dekat, maka akan dilakukan tindakan besar-besaran.

Serikat pekerja pun akan menolak hal tersebut dan menuntut pemerintah mencabut Omnibus Law UU Ketenagakerjaan.

“Langkah tersebut juga untuk menolak RUU Omnibus Cipta Kerja dan skema jaminan kesehatan KRIS yang semuanya membebani masyarakat,” kata Saeed Iqbal.

“KSPI dan Partai Buruh sudah mengambil tindakan. Di istana. (Tabel Partai Buruh) mencakup 60 federasi serikat pekerja di tingkat nasional,” kata Saeed Iqbal.

Pengurangan tersebut, kata Syed Iqbal, hanya membebani buruh dan rakyat.

Selama lima tahun terakhir, lanjutnya, upah riil dan daya beli pekerja turun 30 persen karena upah tidak naik selama hampir tiga tahun berturut-turut.

“Meskipun upah meningkat tahun ini, upah masih sangat rendah,” katanya. 5. Dimanakah Jokowi Saat Buruh Menyerbu Istana?

Presiden Joko Widodo dikabarkan sedang berada di Istana Kepresidenan saat sekitar seribu pekerja melakukan aksi di kawasan sekitar patung kuda.

Sore tadi, Jokowi menyaksikan langsung laga Indonesia melawan timnas Irak pada kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (6/6/2024).

Jokowi tiba bersama Ibu Negara Iriana.

Jokowi terlihat mengenakan jaket merah dan celana hitam.

Kedatangan Jokowi langsung disambut sejumlah menteri. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *