4 Pernyataan Bahlil soal Izin Tambang untuk Ormas, Klaim Prabowo Setuju

TRIBUNNEWS.COM – Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia belakangan ini ramai diberitakan terkait penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada organisasi keagamaan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan izin khusus kepada organisasi keagamaan untuk operasi penambangan.

Izin tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 tentang Perubahan atas PP Nomor 96 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertambangan dan Pertambangan Batubara.

Berikut beberapa pernyataan Bahlil terkait izin pertambangan yang diberikan kepada organisasi keagamaan. 1. Pravo mengaku setuju

Bahil mengatakan Presiden terpilih Provo Subianto menerima undang-undang baru pemerintah tentang organisasi keagamaan yang dapat menyelenggarakan IUP.

Jumat (7/6/2024) BKP “Kami menghubungi Pravo, Pak Pravo mengaku sebagai patriot sejati,” ujarnya kepada wartawan di kantor.

Menurut dia, aturan baru yang diterbitkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 tentang Perubahan PP 96 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui organisasi keagamaan. .

“Yang penting kita menjamin kesejahteraan rakyat melalui ormas karena mereka adalah bagian dari kekayaan negara yang diperlukan oleh negara,” ujarnya.

Sebaliknya, masa prioritas wilayah izin usaha pertambangan khusus (WIUPK) organisasi masyarakat keagamaan hanya berlaku selama 5 tahun.

Hal ini tertuang dalam Pasal 83A PP

Artinya, izin WIUPK akan dilaksanakan di bawah pemerintahan baru Pravo Subianto-Gibran Rakabuming Rak. 2. Organisasi yang didukung oleh kontraktor

Organisasi keagamaan tidak akan mengelola sendiri konsesi pertambangan tersebut, kata Bahlil, namun akan mendapat bantuan dari pengembang.

Dia mengatakan, pemerintah akan mendapatkan kontraktor setelah masyarakat mendapat IUP.

“Nanti kita cari sumbernya, kontraktor yang mengerjakan pekerjaan itu adalah kontraktor yang benar-benar profesional dan tidak boleh ada benturan kepentingan dengan pemegang izin PKP2B (Perjanjian Pengusahaan Pertambangan Batubara) sebelumnya,” kata Bahil dalam jumpa pers, Jumat. . .

Pernyataan Bahlil disampaikan untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai lemahnya kapasitas organisasi masyarakat dan keagamaan dalam mengelola tambang.

Ia mencontohkan, saat pertama kali didirikan di Indonesia, belum ada perusahaan yang bisa langsung mengoperasikan tambang tersebut.

Bahil memastikan semua perusahaan tersebut pasti membutuhkan bantuan kontraktor.

Padahal, jelasnya, perusahaan seperti PT Freeport menggunakan bantuan kontraktor untuk mengelola dirinya sendiri.

“Tunjukkan di mana perusahaan Republik ini lahir dan terus menambang? Ada juga kontraktor di Freeport.”

“IUP-nya ada yang dikerjakan oleh kontraktor pemilik. Kami sedang mencari kemitraan setelah pekerjaan kami diberikan kepada pemerintah, organisasi masyarakat,” ujarnya. 3. Tidak ada hubungannya dengan politik

Bahlil Lahdalia mengklaim pemberian IUP kepada organisasi keagamaan tidak ada hubungannya dengan politik.

Tidak ada kaitannya dengan politik, ini merupakan bentuk apresiasi atas jasa dan kontribusi organisasi-organisasi terkemuka di negara ini pada pemerintahan pimpinan Presiden Jokowi, kata Bahil dalam jumpa pers di kantor BKPM, Jumat. dikatakan. .

Dia mengatakan situasi politik sudah selesai setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengukuhkan Pravo-Gibran sebagai presiden terpilih dan wakil presiden.

Bahkan, ia mengaku organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) tidak memiliki afiliasi politik.

“Lupakan politik, serahkan nyawamu untuk menyelamatkan ibu pertiwi, jangan memandang rendah organisasi-organisasi besar, jangan. Merekalah penopang eksistensi dan kekuatan bangsa.”

“Kalau hanya karena persoalan politik kita kasih NU saja, tapi kita mau kasih semuanya. Logikanya semua dukung Pravo kan?” dikatakan. 4. Tujuan Komunitas

Terkait diperbolehkannya organisasi masyarakat mengelola tambang, Bahlil mengatakan, Presiden Jokowi terlebih dahulu menerima permintaan masyarakat agar pertambangan tidak hanya dikuasai oleh investor besar.

Bahlil menjelaskan, hal itu diketahui karena Jokowi sering melakukan kunjungan bisnis ke daerah (kunkar).

Jadi pendapat Presiden, IUP (Izin Usaha Pertambangan) tidak boleh hanya dikuasai oleh perusahaan besar dan investor besar. “

“Dari sekian banyak perjalanan dinas Presiden, beliau meminta agar organisasi keagamaan tersebut tidak dijadikan obyek belaka,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor Kementerian Investasi/BKPM di Jakarta, Jumat.

Bahlil mengatakan, berdasarkan permintaan tersebut, pemerintah ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan menerbitkan PP Nomor 2024.

Ia juga menyebut PP tersebut tidak melanggar peraturan perundang-undangan lainnya, khususnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas UU Pertambangan dan Pertambangan Batubara Tahun 2020.

(Tribunnews.com/Deni/Nitis/Yohanes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *