4 Aksi Protes Mahasiswa soal UKT di USU, Unri, Unsoed, dan UNS

Tribun

Protes berlanjut, beberapa mahasiswa dari empat universitas melakukan protes.

Yakni Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Riau (Unri), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan Universitas Sebelas Maret (UNS). 1.USU

Ratusan mahasiswa USU mengungkapkan keprihatinannya pada Rabu (8/5/2024) terhadap kenaikan biaya UKT yang drastis.

Dilansir Tribun-Medan.com, mereka membantah UKT 2024 mengalami kenaikan sebesar 200 persen dibandingkan tahun lalu.

Mahasiswa yang mengenakan pakaian hijau almamater memenuhi lobi Gedung Rektor USU.

Mereka berorasi di sana sambil membawa plakat berisi tuntutan dan keluhan mereka.

Di sisi lain, sejumlah pengurus Universitas USU terlihat berdiri di hadapan ratusan mahasiswanya.

Salah satu mahasiswa dalam sambutannya menyampaikan keluh kesahnya terhadap pembangunan toilet di lingkungan universitas.

Dia mengatakan, rekonstruksi ingin meningkatkan VKT tanpa adanya air di toilet, sehingga dinilainya tidak tepat.

“Mereka diajar bersih-bersih, tapi air di kamar mandi saja tidak ada,” kata seorang mahasiswa yang berbicara di depan gedung USU, Rabu sore.

Jika UKT meningkat, kata para mahasiswa, maka permasalahan yang akan dihadapi oleh mereka yang tinggal di kos-kosan di luar negeri akan semakin besar.

Apalagi jika mereka berasal dari keluarga kecil kaya, namun ingin mengenyam pendidikan yang baik.

“Aku pergi ke luar negeri, bocah debu,” jelasnya.

Namun tuntutan yang disampaikan mahasiswa tersebut tidak disetujui pihak universitas.

Edy Ikhsan, Wakil Rektor USU yang menyambut baik aksi massa, enggan menandatangani perjanjian loyalitas yang ditawarkan mahasiswa.

“Saya tidak akan tanda tangan sebelum saya duduk. Kalian 7 orang yang cerdas. Yang akan menandatangani adalah perdana menteri, jika benar mengatur masalah UKT itu adalah sebuah kesalahan dan demi kepentingan para pemimpin di Utara.” masyarakat Sumatera. katanya saat berdiskusi dengan para pengunjuk rasa.

Adapun penyampaian BEM kepada USU antara lain:

1. Meminta pembatalan Keputusan Rektor nomor 1194/UN5.1.R/SK/KEU/2024 tentang Penetapan Biaya Pendidikan Kesatuan (UCT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (IPI) bagi mahasiswa baru program sarjana Universitas jalur masuk universitas dan diploma seleksi nasional berdasarkan prestasi, seleksi nasional berdasarkan ujian dan seleksi mandiri di Universitas Sumatera Utara.

2. Permintaan transparansi alokasi kas USU 2023 dan audit USU 2024.

3. Mengajukan permohonan transparansi klasifikasi UKT dan banding.

4. Permintaan untuk membangun gedung berdasarkan kebutuhan siswa. Rabu (8/5/2024), mahasiswa melakukan aksi protes di depan Biro Rektor USU, Medan, terkait kenaikan biaya kuliah (UKT). Dalam aksinya, para mahasiswa menolak kenaikan UKT hingga 50 persen. 2. Unri

Mahasiswa Unri protes kenaikan UKT di depan gedung rektorat pada Selasa (14/5/2024).

Mahasiswa melaporkan kenaikan biaya Pengembangan Institusional Inggris (IPI) sebagai hal yang terlalu mahal dan memberatkan.

Pantauan TribunPekanbaru.com, sejumlah mahasiswa terlihat membawa plakat dan spanduk bertuliskan ambisi dan materi.

Misalnya, ‘UKT Kelas Atas’ dan ‘Berduka UNRI’. Orang-orang yang hadir memberikan pidato dan nyanyian pujian.

Rektor Universitas Riau Sri Indarti pun menemui para pengunjuk rasa yang memenuhi area gedung rekor tersebut.

Dia mengatakan mereka menyambut baik beberapa siswa, orang tua dan bagian masyarakat lainnya yang menentang peningkatan pendidikan.

“Kita buka saluran pengaduan tentang keberatan atau apalah, makanya beberapa hari ini kita buka saluran pengaduan, tapi kita ambil juga, kemarin sore kita rapat, akhirnya kita ambil bersama, itu tanggal 12. SC Tapi eksekusi kami adalah hasil kesepakatan kami.”

“Dan terakhir setiap ketua mengusulkan, misalnya undang-undang sampai 5, kita turunkan, karena guru tahu keadaan siswanya, misalnya memancing, sampai UKT 5, kita patuhi. Itu yang jelas kita terus bersikap adil, jadi UKT 1, UKT 2, minimal 20 persen,” ujarnya.

Dijelaskannya, sebelum memutuskan UKT, calon mahasiswa terlebih dahulu mengisi informasi berbagai kriteria, seperti penghasilan orang tua, rumah, listrik, mobil, dan lain-lain.

Dari situ, lanjutnya, sistem nantinya akan menentukan kategori UK masing-masing siswa.

“Jadi kalau kita tidak adil, itu juga tidak benar. Artinya, kita tetap akan mengejar tujuan,” ujarnya. 3. Tidak digarap

Jumat (24/4/2024), mahasiswa Unsoed menggelar aksi protes kenaikan UKT di depan gedung rektorat.

Ratusan siswa muncul di kampus sekolah sambil membawa poster dengan berbagai jenis tulisan.

Misalnya, ‘Mahasiswa baru panik, UKT makin ditekan’, ‘Pendidikan gratis?’, ‘Cuh Rektor Mangas’, ‘Cuh Rektor Mangas’, ‘Pusat puas, MABA dibunuh’.

Lalu, ‘UKT Jahat, Cacat Kebijakan’, ‘Unsoed Gagal Mempopulerkan’, dan ‘Pendidikan Tak Dijual’.

Mahasiswa yang marah menuntut penjelasan atas kenaikan biaya UKT yang tidak wajar hingga 50 persen.

“Kami datang sebagai pelajar untuk bertemu dengan perdana menteri yang membuat peraturan tidak masuk akal.”

“Banyak orang tua mahasiswa baru yang kini merasa bingung dengan pembayaran UKT yang meningkat drastis dan diputuskan secara tiba-tiba,” kata juru bicara aksi, Aji Satria, seperti dilansir TribunBanyumas.com.

Mahasiswa menuntut kampus menurunkan UKT dan lebih efisien dalam penggunaannya.

Para pengunjuk rasa menyebut UKT Unsoed dinilai paling murah namun nyatanya sangat menyesakkan.

Mahasiswa baru Fakultas Pertanian Unsoed, Aisyah, mengatakan orang tuanya berprofesi sebagai guru dan pengusaha, namun justru bertemu dengan UKT senior.

“Saya belajar di sini untuk meringankan beban orang tua saya, tapi saya dikenai biaya Rp 8 juta pak,” ujarnya. Banyak mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang melakukan protes di depan gedung Rektorat pada Jumat (24/4/2024). Mereka memprotes kenaikan biaya UKT tahun 2024. Mahasiswa melakukan aksi kedua kalinya pada Senin 29 April 2024. Dalam aksi tersebut, mahasiswa membuat kericuhan. (TRIBUNBANYUMAS.COM/PERMATA PUTRA SEJATI) 4. US

Koalisi BEM UNS menggelar aksi massa di depan gedung rektorat pada Senin (13/5/2024) menuntut kampus menghapuskan kelompok UKT 9 dan menambah IPI.

Namun Rektorat PBB menolak memenuhi tuntutan tersebut.

Ketua BEM UNS Agung Lucky Pradita mengatakan, pihaknya akan melakukan gerakan luas untuk memenuhi tuntutan tersebut.

“Sebelumnya jawabannya kurang memuaskan, karena beberapa poin tidak benar-benar terjawab. “Kedepannya kita akan berkumpul untuk menindaklanjuti tuntutan tersebut hingga semuanya terselesaikan,” ujarnya, Senin, seperti dilansir TribunSolo.com.

Dia juga menggambarkan perilaku perdana menteri yang patut disesalkan dan menolak meninjau ulang kebijakan tersebut.

Mereka diterima di Balai Pastoran PBB untuk melakukan mediasi, namun hingga mediasi selesai, belum ada konsensus.

“Dalam tinjauan UKT dan IPI SC, belum ada kesepakatan apakah kelompok 9 harus dihapuskan atau tidak,” jelasnya. Aliansi BEM UNS melakukan aksi masif terhadap pembangunan rektorat yang menuntut Rektorat Universitas Sebelas Maret atau UNS Kelompok 9 membatalkan biaya tingkat kelas (UKT) dan menaikkan biaya pengembangan lembaga (IPI), Senin (13/). 5/2024). (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Misalnya saja Departemen Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran yang membentuk kelompok UKT 9 sebesar Rp 30 juta.

Belum lagi IPI dibiayai oleh mahasiswa jalur mandiri yang semakin berkembang.

IPI Kedokteran Umum naik dari sebelumnya kelompok 1-4 Rp 25 juta menjadi lebih dari Rp 100 juta Rp 200 juta Rp 250 juta.

Kemudian IPI naik dari Rp 25 juta menjadi lebih dari Rp 75 juta, menjadi Rp 125 juta menjadi Rp 200 juta.

“Dengan peningkatan IPI 8 kali lipat, FK 25 juta menjadi Rp 200 juta. Dokter spesialis kandungan mencapai Rp 25 juta. Program pendidikan lainnya meningkat signifikan. Kelompok 9 tentu akan menjadi kelompok pelajar tertinggi. mahasiswa akan kesulitan membayar UKT,” kata Agung.

Menurutnya, sebaiknya pihak institusi meningkatkan pendapatan lain-lainnya, bukan menambah biaya yang dibebankan kepada mahasiswanya.

Hal ini merupakan konsekuensi ketika UNS berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).

“Setelah risiko dan tanggung jawab terkait PTN BH, UNS berani mengubah BLU (Badan Layanan Umum) menjadi PTN-BH. UNS harus berani menerima tanggung jawab mencari pendanaan dari sumber selain mahasiswa,” jelasnya .

Ketika kebijakan UKT ini tidak dikaji ulang, ia khawatir UNS akan menjadi tempat usaha segelintir orang dibandingkan tempat mereka mencari ilmu.

“Kalau mencari sumber dana dari mahasiswa pasti menjadi usaha bisnis. Pendidikan bukan lagi pendidikan, tapi bisnis,” jelasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul: Mahasiswa USU Tunjukkan UKT Tinggi, Ditolak Tawaran, Ini Alasannya.

(Tribunnews.com/Deni)(Tribun-Medan.com/Husna)(TribunPekanbaru.com/Rizky)(TribunBanyumas.com/Permata)(TribunSolo.com/Ahmad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *